Jawa Pos

Setelah 45 Tahun, SDN 2 Bondrang Gulung Tikar

-

MASA depan SDN 2 Bondrang tak bisa dilanjutka­n. Mulai tahun pelajaran 2019–2020, sekolah di Dusun Ngluweng, Desa Bondrang, Kecamatan Sawoo, itu tidak lagi menggelar kegiatan belajar-mengajar (KBM).

Pemkab setempat memutuskan untuk menutup SD tersebut lantaran jumlah siswa yang terlampau minim dari tahun ke tahun. Tutup dinilai lebih baik daripada sekolah terus-terusan didera kesulitan pembiayaan. ”Sumber siswa dari lingkungan sekitar sekolah sangat sedikit,’’ kata Kabid Pembinaan SD Dispendik Ponorogo Imam Muslihin.

Akses menuju SDN 2 Bondrang jauh. Berkendara dengan sepeda motor dari pusat kota menempuh sekitar 45 menit. Sekolah terdekat berjarak 2,5 kilometer, yakni SDN 1 Bondrang. Letaknya tak jauh dari pasar desa setempat. Jika menilik lokasinya, SDN 2 Bondrang berada di kaki perbukitan. Tak banyak rumah warga di kanan dan kiri sekolah tersebut. Persis di depan sekolah, hamparan kebun jagung membentang.

”Jumlah siswa baru terakhir (tahun pelajaran 2018–2019) hanya ada enam anak. Total ada 30 siswa dari kelas II sampai VI,’’ ujarnya.

SDN 2 Bondrang beroperasi sejak 1974. Imam menyebutka­n, jumlah siswa di sekolah itu terus turun. Yang paling parah terjadi setelah 2010. Jumlah siswa baru yang hanya enam anak pada tahun pelajaran 2018–2019 membulatka­n keputusan sekolah untuk tutup. Hasil musyawarah antara guru dan komite mengingink­an sekolah untuk ditutup. ”Karena siswanya sedikit, pembiayaan sekolah menjadi berat,’’ ungkapnya.

Praktis, modal sekolah hanya bergantung pada dana bantuan operasiona­l sekolah (BOS). Sebab, sekolah tidak memungut iuran dari wali siswa karena komite jelas tidak berkenan. Di sisi lain, ada lima guru tidak tetap (GTT) yang harus mendapat tambahan honor atas kesediaan mereka mengajar di daerah pinggiran.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia