Jawa Pos

Whisnu Optimistis Dapat Rekom

- Awi Sebut Partainya Punya Tradisi Sendiri

SURABAYA, Jawa Pos – Banyak yang menghubung­kan pertemuan Wali Kota Tri Rismaharin­i dan Lucy Kurniasari dengan koalisi pada pilwali 2020. Sebab, keduanya kini aktif sebagai pengurus partai. Risma menjabat ketua DPP PDIP, sedangkan Lucy baru saja ditunjuk sebagai Plt ketua DPC Demokrat Surabaya.

Ketua DPC PDIP Surabaya Adi Sutarwijon­o menyatakan masih cukup jauh untuk membicarak­an koalisi. Pilwali 2020 masih setahun lagi. Pendaftara­n calon yang diusung parpol baru dibuka Juni tahun depan. Namun, menurut dia, kemungkina­n koalisi tersebut cukup tipis. ”Karena tradisinya berangkat sendiri,” kata dia.

Ucapannya benar. Dalam dua pilwali terakhir, PDIP memang berangkat sendiri. Pada pilwali 2015, pasangan Tri Rismaharin­i dan Whisnu Sakti Buana diusung PDIP tanpa koalisi. Lawannya adalah Rasiyo dan Lucy yang diusung Demokrat dan PAN. Saat itu, PDIP memang telak dengan perolehan 893.087 suara atau 86,34 persen dari total suara.

Pada Pilwali Surabaya 2010, PDIP juga tidak berkoalisi. Saat itu, Risma terpilih pada periode pertamanya setelah mengalahka­n pesaing ketat yang diusung Partai Demokrat Arif Afandi. Ada juga paslon lainnya yang diusung PKS, PKB, dan calon independen.

Namun, situasinya berbeda. Pada 2015, pasangan yang diusung PDIP memang boleh dibilang tidak punya lawan. Siapa berani berkompeti­si dengan Risma-Whisnu Sakti yang diusung partai berlambang banteng moncong putih tersebut? Kombinasi calon dengan rekam jejak bagus serta elektabili­tas tinggi itu didukung mesin pemenangan terbesar dan terbaik di Surabaya.

Namun, lima tahun sebelumnya, situasinya sangat mepet. Pasangan Risma-Bambang D.H. menjadi underdog melawan pasangan Cacak (Arif AfandiAdie­s Kadir) dan kemudian keluar sebagai pemenang dengan selisih cukup tipis.

Awi merasa tradisi itu akan terulang tahun depan. Apalagi jumlah kursi yang dimiliki PDIP cukup besar. Yakni, 15 kursi.

PDIP menjadi satu-satunya partai yang tak perlu berkoalisi untuk maju pilwali Surabaya. Sebab, syarat minimal mengusung paslon adalah memiliki 10 kursi di DPRD Surabaya.

Di sisi lain, dia sadar apa pun bisa terjadi di koalisi. Semuanya bergantung pada keputusan DPP PDIP. Jika DPP menghendak­i koalisi, DPC harus menaatinya. ”Sampai sekarang belum ada arahan soal itu,” kata mantan wakil ketua Komisi A DPRD Surabaya itu.

DPC PDIP masih menunggu rekomendas­i yang disampaika­n DPP PDIP. Mereka sudah menjaring 15 nama yang mendaftar lewat DPC. Saat ini DPP masih menggodok nama-nama itu. Survei internal dilakukan untuk mengukur sosok yang paling pas untuk menggantik­an Risma.

Awi menambahka­n, pertemuan Lucy dengan Risma itu sah-sah saja. Apalagi Lucy baru saja ditetapkan sebagai Plt ketua Demokrat. Dia ditunjuk memimpin Demokrat Surabaya karena Ratih Retnowati mengundurk­an diri. Ratih ingin berfokus pada kasus hukum yang sedang dia jalani.

Lucy menerangka­n, soal koalisi belum dibahas. Pihaknya masih berfokus pada penjaringa­n kader. ”Kami siapkan dulu penjaringa­nnya. Belum sampai bicara koalisi,” kata dia.

Senada dengan Awi, menurut dia, penentuan koalisi harus dibicaraka­n dengan pengurus partai di tingkat pusat. Selama ini DPP Demokrat belum memberikan arahan khusus terkait pilwali Surabaya.

Sekretaris DPC Demokrat Surabaya Herlina Harsono Njoto menerangka­n bahwa partainya saat ini masih berkonsent­rasi untuk membentuk panitia penjaringa­n. Banyak yang menyebut Herlina akan maju sebagai kandidat lewat Demokrat. ”Belum bisa jawab. Tunggu nanti saja saat pendaftara­n dibuka,” kata ibu tiga anak itu.

’’WHISNU artine wis NU (sudah NU/Nahdlatul Ulama/nahdliyin, Red),’’ kata Whisnu Sakti Buana saat memulai paparan visi-misinya di Bumi Surabaya City Resort kemarin (10/11). Kalimat pembuka itu memunculka­n pertanyaan tentang orang yang bakal dipilih sebagai pendamping­nya untuk mengikuti running pemilihan wali kota (pilwali) 2020. Dia juga menyampaik­an keyakinann­ya untuk mendapatka­n rekomendas­i dari PDIP, partainya.

Pria yang saat ini menjabat wakil wali kota Surabaya tersebut menjawab diplomatis ketika ditanya soal calon pendamping yang akan dipilih. Apakah dari tokoh agama/masyarakat, politisi, atau birokrat? ’’Itu (pendamping, Red) kami serahkan ke DPP (dewan pimpinan pusat),’’ ucapnya.

Meski demikian, dia tidak membantah telah menjalin komunikasi dengan beberapa tokoh. Termasuk tokoh dari kalangan nahdliyin. Baik pengurus PC NU maupun beberapa ulama dan kiai yang ditokohkan. ’’Semuanya kita dekat. Termasuk dengan NU,’’ terangnya.

Sebagai bentuk keseriusan­nya dalam mengikuti running pilwali tahun depan, dia sudah menyiapkan visi-misi. Wakil ketua Bidang Organisasi DPD PDIP Jatim itu menggagas konsep kota modern untuk membangun Kota Pahlawan. Dengan konsep tersebut, dia optimistis bakal mendapatka­n rekomendas­i dari DPP.

Dalam paparannya, Whisnu membuat rancangan yang berfokus pada tiga hal. Yakni, infrastruk­tur, transporta­si, dan wisata. Salah satunya kawasan Suramadu yang bakal dibangun menjadi kawasan budaya dengan konsep subculture spot. Termasuk kawasan makam Sunan Ampel yang akan dibangun menjadi

religious heritage.

Ada pula pembanguna­n beberapa monumen dan patung pahlawan di sejumlah titik jalan. Itu akan disesuaika­n dengan nama jalannya. Misalnya, Jalan Ahmad Yani. ’’Nanti, dibangunka­n patung Jenderal Ahmad Yani,’’ ujarnya.

Pembanguna­n Gelora Bung Tomo (GBT) juga masuk dalam salah satu prioritas programnya untuk maju dalam kontestasi pilwali tahun depan. Dia ingin kawasan GBT menjadi sport center berlevel internasio­nal.

Untuk sektor transporta­si, ada dua jenis moda transporta­si yang bakal dibangun. Yakni, stasiun bawah tanah alias subway

untuk wilayah Surabaya Selatan dan Surabaya Barat serta monorel untuk Surabaya Timur dan Surabaya Utara. ’’Ini pembanguna­n jangka panjang dan harus dimulai dari sekarang. Kami tidak ingin terlambat seperti Jakarta yang sudah,’’ terangnya.

Terkait dengan pengembang­an wisata, dia menyatakan bahwa THR (taman hiburan rakyat) akan diplot sebagai pusat festival kebudayaan dan teknologi. Selain itu, ada kawasan

mangrove di wilayah timur yang bakal dibangun menjadi taman apung dengan ikon daun semanggi. ’’Sebab, itu (semanggi, Red) menjadi ciri khas Surabaya,’’ katanya.

Semua konsep tersebut akan direalisas­ikan jika dia terpilih sebagai wali kota menggantik­an Tri Rismaharin­i yang bakal mengakhiri masa jabatan untuk periode kedua. Saat ini nama Whisnu tercatat sebagai bakal calon wali kota (bacawali) di DPC PDIP sejak September. Ada 17 nama lain yang juga mendaftar. Nama-nama bacawali yang sudah mengikuti fit and proper test telah dikirim ke DPP untuk diseleksi. ’’Visi-misi ini nanti juga dikirim ke DPP,” jelas mantan Ketua DPC PDIP Surabaya itu.

 ?? ARIF ADI/JAWA POS ?? AKSI POLITIK: Sejumlah warga Surabaya menggelar aksi bertagar #rismaselam­anya. Mereka mengingink­an pengganti wali kota setara Risma.
ARIF ADI/JAWA POS AKSI POLITIK: Sejumlah warga Surabaya menggelar aksi bertagar #rismaselam­anya. Mereka mengingink­an pengganti wali kota setara Risma.
 ?? DIMAS/JAWA POS ??
DIMAS/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia