Yang Susah, Memastikan Ruang Operasi Tidak Terganggu Ombak
Adenandra Sulistyo Hendrawan mengemban tugas cukup berat. Pegawai PT Penataran Angkatan Laut (PAL) Indonesia itu dipercaya sebagai kepala proyek kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) dengan nomor pembangunan W000302. Sarana transportasi pesanan TNI-AL itu digadan
EKO HENDRI SAIFUL, Jawa Pos
SEJAK ditunjuk sebagai kepala proyek kapal BRS W000302 awal 2019, Adenandra mengaku lebih bergairah dalam bekerja. Aktivitas ngantor-nya ditambah demi menuntaskan tanggung jawab tersebut. Ade, sapaan Adenandra, ingin kapal itu rampung secepatnya.
Menurut pria 44 tahun tersebut, keberadaan kapal BRS sangat penting. Hal itu tak terlepas dari kondisi Indonesia yang rawan bencana. Kapal BRS diperlukan untuk misi kemanusiaan dalam menolong korban. Terutama untuk pelayanan kesehatan masyarakat di pulau-pulau terpencil.
’’Kapal ini setara RS tipe C. Mampu menampung 163 pasien,” kata Ade saat ditemui Selasa malam (12/11) di kawasan Taman Apsari, Jalan Gubernur Suryo. Selama satu jam mengobrol, Ade bercerita banyak soal kapal yang sedang dibuatnya
J
Sesekali, ada potongan kisah pengalamannya selama 20 tahun merancang kapal.
Pria asal Malang tersebut mengatakan sudah tiga kali menjadi kepala proyek kapal. Namun, kali ini dia merasa tugasnya cukup berat. Selain menjadi bagian inovasi negara, pembuatan kapal BRS W000302 melibatkan banyak pihak. Bukan saja teknisi PT PAL, melainkan juga tenaga ahli di bidang medis.
Sebelumnya, TNI-AL memiliki KRI Semarang dan KRI dr Soeharso yang dilengkapi peralatan medis. Namun, fungsi awalnya merupakan kapal angkut personal. ’’Yang ini (BRS W000302, Red) benar-benar kapal rumah sakit.
Sejak awal didesain untuk pengobatan,” ungkap Ade.
Sambil menerangkan, bapak tiga anak itu memperlihatkan desain kapal yang dirancangnya. Tampak ada beberapa fasilitas yang akan dibangun di dalam kapal. Selain tempat ambulance boat, di kapal itu ada landasan untuk dua unit helikopter.
’Sejakawal,kapalinididesainuntuk rumahsakit.Saranamedisnyaharus lengkap,”tegasAde.Menurutsuami Pratiwi Diah Lestari tersebut, kapal akan dilengkapi dengan poli-poli untuk menunjang kesehatan masyarakat. Ada pula dua ruang UGD untuk penanganan darurat.
’’Yang susah, kami harus memastikan adanya ruang-ruang operasi yang aman. Jangan sampai kegiatan medis terganggu karena ada ombak,” kata Ade. Meski pembuatan kapal itu tergolong baru, Ade optimistis bisa menyelesaikannya tepat waktu. Targetnya sebelum Oktober 2021.
Ade cukup percaya diri dengan ambisinya merampungkan pesanan lebih cepat. Pria yang tinggal di Sidoarjo itu mengaku banyak belajar dari tugas-tugas sebelumnya. Dia sudah dua kali dipercaya sebagai kepala proyek pembuatan kapal. Dua-duanya merupakan kapal ekspor. Satu kapal berjenis kapal perang yang dipesan Filipina.
’’Tidak ada resep apa-apa. Saya selalu ingat pesan orang tua. Kita harus mencintai pekerjaan,” ujar Ade. Menjadi kepala proyek pembuatan kapal di PT PAL memang tidak mudah. Penunjukannya berdasar kemampuan dan pengalaman.
Ade mengungkapkan bahwa kecintaannya pada bidang pembangunan kapal tak terlepas dari hobi ayahnya, Setyatmoko, yang suka mengutak-atik barang elektronik. Sejak SMP, Ade diajari ayahnya bongkar pasang peralatan listrik. Ade kecil dituntut berani dan belajar memperbaiki. Tak peduli apa pun hasilnya.
Dari kebiasaan itulah, bakat teknisi Ade kian terasah. Alumnus Universitas Muhammadiyah Surabaya tersebut mantap dengan karirnya di PT PAL. Selama 20 tahun bekerja, ada sebelas kapal yang ikut dirancangnya. ’’Saya tidak mau mengecewakan orangorang. Kapal ini harus sempurna,” tandas lelaki kelahiran 1 Oktober 1975 tersebut.