Jawa Pos

Jadi Guide Keeper untuk Cegah Kasus Bunuh Diri

-

SURABAYA, Jawa Pos – Bertubitub­inya cobaan yang datang membuat Puti Aisyah Rahmani lelah. Dia sempat ingin bunuh diri. Tri Wahyudi pun mengakui hal yang sama. Ingin bunuh diri karena merasa kesepian dan selalu dihakimi saat curhat kepada orang lain. ”Orang yang depresi itu butuh dimengerti, didengarka­n, dihargai, ditemani, dipahami keadaannya. Setiap orang juga mesti belajar merasakan perubahan dalam dirinya,” ujar Puti.

Hal tersebut diungkap saat bincang kesehatan bertajuk ”Everyone Can Be a Hero, Everyone Can Save Lives, Prevent Suicide Now” di Atrium East Rotunda Grand City Minggu malam (8/12). Acara tersebut merupakan salah satu rangkaian peringatan ulang tahun RSUD dr Soetomo. Kepala SMF Kedokteran Jiwa RSUD dr Soetomo dr Nalini Muhdi SpKJ (K) hadir dalam acara tersebut.

Dia mengutip data WHO bahwa 1 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat bunuh diri. Dan itu akan mencapai puncaknya pada 2020 mendatang. ”Bunuh diri itu mengancam keselamata­n makhluk dunia. Dan pada 2020 nanti tingkat depresi itu mencapai puncaknya. Kita termasuk ada di negara zona merah,” terangnya.

Bunuh diri terjadi justru bukan karena orang ingin mati. Melainkan karena dia sudah sangat merasa tertekan dan tidak punya strategi untuk mengatasi masalahnya. Karena itu, timbul pikiran bunuh diri untuk menghentik­an penderitaa­n yang dirasa terlalau berat.

”Bukan juga karena orang itu tidak punya iman. Tapi lebih karena dia ingin mengakhiri nyeri psikis ataupun nyeri fisik yang tidak dapat ditanggung lagi,” imbuhnya.

Dia juga menganjurk­an untuk melakukan hobi yang disukai dan terhubung dengan banyak orang supaya tidak sendirian. ”Ide bunuh diri itu 80 persen bisa dicegah dan dibatalkan dengan connecting with people,” ungkapnya.

Selain itu, dia mendorong setiap orang untuk menjadi guide keeper yang ngeh ketika tanda-tanda bunuh diri itu tampak pada orang terdekatny­a.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia