Jawa Pos

Dari Pura-Pura Kejar Bola sampai Selebrasi ala Mannequin

Semua aksi tengil Randu turut memecah kebuntuan dan mengangkat moral tim. Di luar lapangan, dia adalah sosok yang ramah kepada siapa saja, termasuk kepada lawan.

-

NURIS ANDI PRASTIYO, Manila, Jawa Pos

SET pertama final voli indoor putra SEA Games 2019 baru mulai dihelat. Indonesia masih unggul 3-0 atas tuan rumah Filipina

Tiba-tiba I Putu Randu Wahyu Pradana berlari ke tribun di belakang lapangan permainan Indonesia. Yang dihuni banyak fans tuan rumah. Begitu blok yang dilakukann­ya sukses.

Di sana dia jongkok bertumpu pada satu kaki. Sembari kedua tangan mengatup. Sembari tetap tersenyum.

Boo langsung terdengar dari tribun. Tapi, Randu tetap tersenyum dan segera kembali meneruskan pertanding­an. Cuek.

Dan, memang secuek itu pula penampilan dia di sepanjang SEA Games 2019. Yang membuatnya jadi sorotan luas, beriringan dengan kesuksesan tim voli putra Indonesia merebut emas untuk kali pertama dalam 10 tahun terakhir.

Berbagai selebrasi tengil, yang mengundang tawa kawan dan suporter Indonesia, maupun yang mengundang kejengkela­n pihak lawan, berkali-kali dia lakukan. Tak cuma kepada Filipina, di fase grup maupun saat final. Tapi, juga tim-tim lain.

”(Semua itu) mengalir begitu saja, sekalian kasih semangat teman-teman,” ujar pevoli berposisi quicker itu kepada Jawa Pos yang menemuinya di Manila, Filipina, sebelum kepulangan ke Indonesia kemarin.

Kalau biasanya selebrasi paling emosional dilakukan pemain di olahraga apa pun dalam kondisi tertekan, tidak demikian Randu. Dia santai saja melakukann­ya meski timnya berada di atas angin.

Saat melawan Myanmar di semifinal, contohnya. Dalam posisi Indonesia unggul 11-6 di set ketiga, setelah dua set sebelumnya berhasil dimenangi, Randu masih sempat berselebra­si dengan berjalan bak penguin. Melenggak-lenggok setelah sukses melakukan blok. Tetap sambil nyengir.

Lalu, dari mana semua ketengilan pemain 25 tahun itu berakar? ”Ya mau gimana,

saya dari kecil besar dengan suasana kultur Surabaya,” kata pemain setinggi 191 cm tersebut, lantas tertawa.

Maksudnya, kultur Surabaya yang terbuka, egaliter, akrab dengan guyonan, dan ngeyel

alias pantang menyerah. Pemain kelahiran Denpasar, Bali, 15 Januari 1994, itu memang ditempa sebagai pevoli di ibu kota Jawa Timur tersebut. Persis setelah dia lulus SMP dan menginjak bangku SMA pada 2008.

Sebelumnya, dia juga menekuni sepak bola dan motorcross. Tapi, memang banyak keluarga besarnya di Bali yang berkiprah di bola voli.

Adalah Li Qiujiang, pelatih yang kini juga menanganin­ya di skuad SEA Games 2019, yang pertama menemukann­ya. ”Saat itu ada pelatnas voli di Bali, saya datang melihat latihan. Lalu, Mister Li (sapaan akrab Li Qiujiang) bilang postur saya cocok sebagai pemain voli,” kenang Randu.

Sejak musim 2009 dia sudah tampil bersama Samator di Proliga. Tercatat dua kali dia membawa tim yang berjasa atas karirnya di dunia voli itu sebagai jawara Proliga.

Proliga 2014 menjadi momen penutup karirnya bersama Samator. Dia sempat memperkuat timnas SEA Games 2015. Tapi, kemudian absen di ajang yang sama dua tahun setelahnya. Juga, di Asian Games 2019.

Namun, dia punya pilihan lain, ingin menjadi prajurit TNI Angkatan Laut (AL).

Randu sejenak hilang dari peredaran dan kembali lagi di musim 2018.

Di dua musim terakhir dia berseragam Jakarta BNI Taplus. Otomatis di kompetisi juga bertemu cinta lamanya, Samator. Juga, harus berhadapan dengan rekan seperjuang­an yang masih bertahan di tim lamanya. Misalnya, Machfud Nur Cahyadi dan Samsul Kohar.

Aksi ”ndableg” Randu di lapangan tak hanya dilakukan di SEA Games. Di berbagai ajang di tanah air pun dia kerap menjadi pemecah kebuntuan timnya dengan berbagai aksi. Mulai berbagai selebrasi tengil hingga teriakan yang memancing emosi lawan.

”Memang butuh sosok seperti Randu untuk bisa membuat lawan hilang fokus. Bagi kami di lapangan juga membuat semakin bersemanga­t,” kata Sigit Ardian, rekan setimnya di timnas dan klub.

Di final SEA Games 2019, misalnya, dalam posisi Indonesia unggul 3-1 di set ketiga, bola pengembali­an pemain Filipina terlihat jauh meninggalk­an lapangan Indonesia. Tapi, Randu tetap pura-pura mengejar sebelum akhirnya berhenti di depan tribun yang dihuni suporter tuan rumah.

Dan, berjoget dengan santainya. Ya, sembari tetap tersenyum. Tak heran banyak yang membanding­kannya dengan Kevin Sanjaya Sukamuljo, pebulu tangkis ganda putra nomor 1 dunia yang dikenal punya banyak trik dan aksi di lapangan.

Namun, tak jarang berbagai aksi Randu itu juga membuatnya jadi sorotan atau kecaman. Terutama tentu dari kubu lawan.

Karena itu pula, sehari sebelum final melawan Filipina, dia sempat merilis video klarifikas­i atas apa yang dia lakukan saat berhadapan dengan tim tuan rumah di fase grup. ”Yang saya lakukan itu hanya untuk menyemanga­ti teman-teman (setim saya, Red). Kalau teman-teman atau warga Filipina merasa terganggu, saya mohon maaf,” kata Randu dalam video itu.

Toh di final berbagai selebrasi ”mbeling” tetap dia lakukan. Contohnya, saat set kedua baru mulai dalam kedudukan 1-0 untuk Indonesia, Randu bergaya bak patung. Seperti mannequin challenge yang sempat populer 1–2 tahun lalu.

Itu setelah Randu berhasil mengeblok smes pemain lawan. Padahal, kalau dilihat lagi videonya, sebenarnya yang berhasil melakukan blok Rivan Nurmulki. Tapi, Randu tetap dengan cueknya yang paling heboh berselebra­si. Rivan hanya bisa tertawa sebelum merangkul teman setimnya itu.

Namun, ”keliaran” itu hanya di dalam lapangan. ”Di luar lapangan, Randu adalah sosok yang ramah kepada siapa pun. Termasuk lawan yang dia hadapi,” kata Sigit.

Perannya bagi tim juga besar. Dengan tinggi 191 cm, dia adalah blocker tangguh sekaligus andalan untuk bola-bola cepat.

”Jarang ada pemain yang bisa mengangkat moral tim. Randu salah satu pemain yang sanggup menjalanka­n itu,” sebut Li.

Dia, juga semua rekan setim, disiplin menjalanka­n semua tahapan persiapan menuju SEA Games 2019. Li dikenal sangat tegas.

Jam tidur pemain sangat dibatasi. Paling lambat pukul 22.00 harus masuk kamar. Jika tidak, ancaman tambahan latihan malam sudah menanti.

Kedisiplin­an itu bisa jadi juga turut terbentuk dari kedisiplin­an sebagai prajurit. Di TNI-AL dia kini berpangkat sersan satu.

Tapi, sebentar, prajurit pria TNI kok pakai tindik? Apa boleh? Hehehe, itu juga buah ketengilan Randu.

”Jangan salah, ini cuma buat gaya-gayaan. Ini lho perekat kaus kaki yang saya pakai di kuping,” ucapnya.

 ?? DIPTA WAHYU/JAWA POS ?? Laporan
NURIS ANDI PRASTIYO
TYASEFANIA FEBRIANI SALATNAYA
DIPTA WAHYU dari Filipina
I Putu Randu Wahyu Pradana
DIPTA WAHYU/JAWA POS Laporan NURIS ANDI PRASTIYO TYASEFANIA FEBRIANI SALATNAYA DIPTA WAHYU dari Filipina I Putu Randu Wahyu Pradana
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia