Optimistis karena Kurs Rupiah Stabil
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) alias USD berpengaruh besar terhadap kinerja impor. Jika kurs stabil, Gabungan Importer Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Timur (Jatim) optimistis bisnisnya akan cerah pada 2020.
’’KUOTA impor biasanya habis pada Desember. Tahun depan importer produsen akan memperpanjangnya,’’ kata Ketua GINSI Jatim Romzy Abdullah Abdat pekan lalu. Selama ini, 70 persen bahan baku impor dipakai untuk keperluan ekspor. Karena itu, kurs rupiah punya peran penting dalam transaksi para importer.
Romzy optimistis bisnis tumbuh lebih baik tahun depan. Apalagi jika kabinetnya mumpuni. ’’Saya melihat dari mana? Dari tiga menteri. Yakni, menteri perdagangan, menteri keuangan, dan menteri perindustrian. Jadi, tinggal melihat mereka siapa dan bagaimana,’’ paparnya.
Saat ini para importer mulai mengalkulasi bisnis tahun depan. Menurut Romzy, kalkulasi tahun depan lebih mudah jika dibandingkan dengan tahun ini karena ada banyak pengusaha yang memilih wait and see. ’’Pada 2019, kendala kami adalah pesta demokrasi yang lama. Sekarang mulai normal kembali,’’ tuturnya.
GINSI berharap pemerintah bisa menciptakan iklim bisnis yang kondusif. Dengan demikian, investasi baru terus bertambah. Investasi, menurut Romzy, akan menjadi pendongkrak kinerja impor Jatim. Khususnya pada naiknya kebutuhan bahan baku. ’’Kami harapkan investasi yang masuk ke Jatim makin besar,’’ urainya.
Yang penting untuk menggenjot investasi adalah kemudahan regulasi. Misalnya, pemangkasan birokrasi pengurusan dokumen. ’’Saat ini seluruh perizinan bisa diakses melalui OSS (online single submission). Jadi, itu harus dimaksimalkan,’’ ucap Romzy.
Terkait impor, para importer terus melakukan survei pasar dan berupaya menstabilkan harga. Selain itu, GINSI menjajaki kerja sama dengan negaranegara baru di Afrika. Terutama menjajaki potensi impor kebutuhan makanan ternak, seperti kedelai dan jagung. ’’Tidak sekadar mencari komoditas, tapi juga kualitas,’’ tandasnya.