Medokan Semampir Punya Wisata Lingkungan
Kekompakan dan kegigihan warga Medokan Semampir membuahkan hasil manis. Kelurahan di Kecamatan Sukolilo itu akhirnya memiliki kampung yang bersih, hijau, dan asri. Berkat hal itu, RW 2 Medokan Semampir didapuk sebagai juara II lomba Surabaya Smart City (S
Para Pemenang Surabaya Smart City 2019 (2)
ARIF ADI WIJAYA, Jawa Pos
BUNGA merah muda dan putih berjajar di sepanjang gang di RT 2, RW 2, Kelurahan Medokan Semampir, Sukolilo. Jumlahnya puluhan. Hiasan dari kresek bekas itu benar-benar menarik perhatian orang yang lewat. Sebab, hiasan tersebut cuma ada di gang itu.
Papan nama bertulisan ”Kampung Wisata Lingkungan” menggantung di depan gapura masuk. Baru satu langkah dari depan gang, ada payung kecil yang digantung di atas jalan sebagai hiasan. Satu lagi, hampir di setiap rumah ada pohon mangga. Ketua RT 2 Pujiati menyatakan, di antara 75 rumah, yang menanam mangga sekitar 50 orang
J
Perempuan 47 tahun itu mengatakan tidak menyangka bisa mendapat juara II. Sebab, dia merasa masih ada yang perlu dibenahi. Khususnya soal penataan kawasan. ”Memang di sini padat penduduk. Tapi, alhamdulillah tetap bisa rapi,” ujarnya.
Menurut dia, yang paling sulit adalah mengajak warga turun bersama membuat lingkungan bersih dan nyaman. Memang tidak mudah menggerakkan masyarakat dengan berbagai macam karakter. Karena itu, dia memilih tidak banyak bicara. ”Langsung turun sendiri dulu,” katanya.
Hal itu dimulai pada 2014. Saat itu, Pemkot Surabaya bekerja sama dengan Radar Surabaya (Jawa Pos Group) mengadakan lomba Merdeka dari Sampah (MDS). Nah, ketika diajak membersihkan got, beberapa warga bergeming.
Tanpa menegur, Puji memilih turun tangan dan membersihkan got tersebut. Dari gang depan sampai ujung gang. Akhirnya, ada warga yang sungkan. Satu per satu ikut membantu. Dari situlah warga mulai kompak dan sepakat membuat kampung bersih dan nyaman.
Puji mengungkapkan, ada warga yang sukarela membelikan satu pikap bibit bunga untuk ditanam. Tujuannya, mengubah pemandangan kampung yang sebelumnya gersang menjadi lebih asri. Ada pula yang menyumbang bibit pohon mangga. Pekan lalu buah mangga itu dipanen.
Karena terbangun sejak dulu, tidak sulit mengajak 75 keluarga untuk bekerja sama dalam lomba Surabaya Smart City (SSC). Hingga akhirnya, Medokan Semampir didapuk sebagai juara II di antara 1.400 lebih peserta yang ikut.
Ibu dua anak itu mengaku tidak diberi tahu mengapa kampungnya dipilih sebagai juara. Tapi, memang ada beberapa hal yang diunggulkan. Salah satunya, penggunaan panel surya untuk menggerakkan sirkulasi air pada media tanam hidroponik.
Selain itu, ada aturan khusus yang diberlakukan di kampung tersebut. Bapak-bapak dilarang merokok di dalam rumah. ”Kalau di luar rumah boleh. Sudah disediakan asbak untuk puntung rokok,” tuturnya.
Ada pula aturan khusus untuk anak-anak. Rina, salah seorang kader lingkungan, menambahkan, penggunaan gadget untuk anak-anak benar-benar dibatasi dan dikontrol. Sebab, menurut dia, gadget justru memberikan lebih banyak dampak negatif daripada manfaat. ”Beberapa waktu lalu ada warga Surabaya, masih anak, sudah kena kasus prostitusi. Di DP5A ada datanya.
Ternyata penyebabnya gadget,” terangnya.
Sebagai gantinya, anak-anak diberi permainan tradisional. Misalnya, egrang, engklek, ular tangga, lompat tali, dan dakon. ”Semua peralatan untuk bermain disimpan di rumah saya. Jadi, mereka tiap sore kumpul di situ,” kata Rina.
Memang, awalnya tidak semua anak mau ikut berkumpul. Hanya beberapa anak yang rutin bermain permainan tradisional itu atau sekadar bercanda riang di rumah Rina. Namun, secara perlahan mulai banyak anak yang ikut nimbrung di rumah perempuan 33 tahun tersebut.
Hingga kini, sudah ada beberapa kabupaten yang melakukan studi banding ke Medokan Semampir. Mulai Kediri, Jombang, sampai Makassar. Rina mengatakan, kunjungan dari daerah lain membuat warga semakin bangga dengan kampungnya. design