Jawa Pos

Pembeli Luar Negeri Bukan Hanya Bule

- Disperinda­g Petakan Tantangan dan Peluang Pasar

SIDOARJO, Jawa Pos – Selama ini penyumbang utama ekspor Sidoarjo adalah perusahaan besar. Padahal, produk UKM Sidoarjo sebenarnya tidak kalah dengan perusahaan besar. Karena itu, Disperinda­g Sidoarjo memetakan tantangan dan peluang pasar bagi UKM agar lebih banyak ekspor.

’’Paling tidak, produk UKM bisa diekspor. Itu indikator kinerja utama di bidang perdaganga­n,’’ kata Kabid Perdaganga­n Dinas Perindustr­ian dan Perdaganga­n (Disperinda­g) Listiyanin­gsih.

Kemarin (11/12) disperinda­g mengumpulk­an penggiat usaha kecil dan menengah (UKM) maupun industri untuk menjawab tantangan tersebut.

Fernanda Reza Muhammad, tenaga ahli free trade agreement (FTA) Kementeria­n Perdaganga­n, hadir menyampaik­an tantangant­antangan saat ini. ”Ekspor itu mudah. Biayanya juga tidak mahal,” ujarnya. Perusahaan dan perorangan boleh melakukan ekspor asalkan bukan barang terlarang.

Apa saja persiapann­ya? Pertama, nomor induk berusaha (NIB). Kalau dulu pengurusan­nya dari bawah ke atas, sekarang dari atas ke bawah. NIB langsung diurus lewat online single submission (OSS). Itu berlaku selamanya.

Kedua, menyiapkan sertifikas­i halal. Produk yang beredar di Indonesia wajib bersertifi­kat halal. Tujuannya, mencegah makanan asing membanjiri pasar nasional. Proses sertifikas­i halal meliputi pendaftar ke badan penyelengg­ara. ’’Termasuk untuk ekspor, label halal itu penting,’’ ungkapnya.

Reza mencontohk­an produk Indonesia yang mau dikirim ke Malaysia. Karena masa berlaku sertifikat halalnya akan habis, produk tersebut ditolak. ’’Harus selalu diperbarui. Kalau mau habis, segera diurus,’’ jelasnya.

Mengapa sertifikas­i halal penting? Sebab, konsumen produk halal di dunia sangat tinggi. Nah, yang seharusnya menyuplai adalah negara muslim. ’’Kalau sudah halal, bisa menembus pasar luar,’’ tuturnya.

KADISPERIN­DAG M. Tjarda meminta pelaku UKM tidak menganggap ekspor itu susah. Ekspor tidak perlu dianggap wah. ’’Ekspor itu sama dengan jualan biasa. Hanya, ke luar negeri,’’ katanya.

UKM harus menyiapkan strategi. Apalagi, pada 2020 ada tantangan besar. Pelaku usaha harus jeli memanfaatk­an peluang. Sebagian besar masih minim pengetahua­n tentang ekspor. Padahal, produk mereka dibutuhkan. Tidak boleh berpikir bahwa

Kadisperin­dag Sidoarjo konsumen produk Indonesia di luar negeri hanya bule atau orang asing. ”Bukan. Konsumenny­a juga warga Indonesia yang di luar negeri,” tuturnya. ’’Peyek, sambel pecel, kerupuk. Itu dicari karena mereka kangen. Orang Indonesia di luar sangat banyak,’’ ujarnya.

Jadi, tidak perlu berpikir ekspor hanya untuk produk-produk industri besar. Sampai saat ini, Sidoarjo telah menjadi penyumbang hingga 30 persen nilai ekspor Jawa Timur.

Sejumlah pengusaha UKM mengaku selama ini memang belum melakukan banyak upaya untuk ekspor. Masih banyak kendala. ’’Persyarata­n harus diurus detail,’’ ucap Nur Istiqomah, pengusaha Jamu Amris asal Tulangan. Selain itu, pekerjaan rumah yang berikutnya adalah menemukan pembeli.

Peyek, sambel pecel, kerupuk. Itu dicari karena mereka kangen. Orang Indonesia di luar sangat banyak.”

 ?? JAWA POS ?? SIAPKAN EKSPOR: Kadisperin­dag M. Tjarda memberikan pengarahan dalam forum group discussion di kantor Disperinda­g Sidoarjo kemarin.
JAWA POS SIAPKAN EKSPOR: Kadisperin­dag M. Tjarda memberikan pengarahan dalam forum group discussion di kantor Disperinda­g Sidoarjo kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia