Kunjungi Korban Banjir Bandang, Bupati Labura Tercebur Sungai
MEDAN, Jawa Pos – Hendak menjenguk warganya yang menjadi korban banjir bandang, Bupati Labuhanbatu Utara (Labura), Sumatera Utara, Khairuddin Syah Sitorus tercebur ke sungai. Insiden itu terjadi pada Minggu (29/12) saat bupati menyeberangi Sungai Siria-ria di Kecamatan NA IX-X dengan menggunakan jembatan darurat.
Dari video yang tersebar, terlihat Bupati Khairuddin berjalan di antara serakan puing material yang terbawa arus banjir bandang. Setelah itu dia berjalan melewati jembatan kecil yang terbuat dari dua bilah bambu dengan pegangan seutas tambang. Air sungai di bawahnya mengalir deras bercampur lumpur pekat.
Sampai di tengah, diduga jembatan bergoyang. Bupati kehilangan keseimbangan. Dia tercebur dan nyaris hanyut. Untung, dia berpegangan pada tali jembatan. Ajudan dan sejumlah aparat kepolisian langsung turun ke sungai membantunya.
Kepala Dinas Kominfo Labura Sugeng membenarkan adanya kejadian itu. ”Bupati hendak menjenguk warga Desa Pematang,” katanya. Dia menjelaskan bahwa bupati tidak mengalami luka apa pun. Hanya memang tubuhnya jadi basah kuyup.
Banjir bandang pada Minggu dini hari lalu mengakibatkan satu keluarga hilang. Tim SAR masih menyisir lokasi banjir untuk mencari keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan tiga anak itu.
Banjir terindikasi sebagai akibat pembalakan liar hutan. Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi menyebut segera mendalami pemicu banjir yang membawa banyak kayu gelondongan itu. ”Mengingat banyaknya potongan kayu, berarti ada sesuatu (dugaan penebang ilegal, Red). Tapi, ini harus dibuktikan. Ada sesuatu di atas, nanti dicek,” katanya di kantor gubernur kemarin (30/12).
Edy memerintah jajaran terkait mengecek lokasi hutan yang rusak di Labura. Jika ditemukan penebangan ilegal, dia berjanji menyeretnya ke ranah pidana. Edy juga meminta Pemkab Labura merelokasi warga di desa yang mengalami kerusakan terparah. ”Dua desa yang cukup parah mungkin nanti direlokasi,” ujarnya.
Selain menghilangkan satu keluarga, banjir di Dusun Siriaria A dan B, Desa Pematang, dan Desa Hatapang, Kecamatan NA IX-X, itu menggenangi sejumlah rumah, jembatan penyeberangan, jalan raya, dan area pertanian.