Jawa Pos

Air Hijau Pekat dan Penuh Sampah

Sungai Tambak Lumpang di Antara Permukiman Padat dan Kawasan Industri

- SURABAYA, (ika/c20/ian)

Jawa Pos – Air Sungai Tambak Lumpang yang jadi pembatas Tambak Lumpang RT 06, RW 04, Kelurahan Sukomanung­gal, dan Tambak Pring, RT 10, RW,08, Kelurahan Asemrowo, tak lagi bening. Warnanya hijau pekat. Bahkan, di beberapa titik airnya berwarna kehitaman. Sampah plastik mengapung, bercampur dengan tanaman enceng gondok di permukaan sungai. Kondisi miris itu terlihat kemarin (30/12).

Sungai tersebut menjadi muara dari sungai kecil di kawasan permukiman penduduk. Sungai itu juga menjadi pembatas wilayah Kelurahan Sukomanung­gal dan Asemrowo. Ketua Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) Kelurahan Asemrowo Moch. Widodo menjelaska­n, mayoritas berasal dari sampah domestik.

Pembersiha­n rutin dilakukan tiap tiga bulan oleh DKRTH. Sampah-sampah dikeruk. Namun, belum lama dibersihka­n, sampah kembali menumpuk. Di sekitar sungai tersebut juga terdapat banyak industri dan pergudanga­n. Antara lain, industri metal, tinta, dan cat. Selain sampah domestik, diduga air sungai tercemar limbah.

Selain itu, di beberapa spot sungai tersebut, lebarnya semakin menyempit. ”Yang awalnya lebar 4–5 meter, kini tinggal sekitar 3 meter,” ucap Widodo. Penyebabny­a, tumpukan sampah membentuk endapan di pinggir-pinggir sungai. Apabila semua sisi sungai dibuat plengsenga­n, endapan sampah tersebut bisa diminimalk­an.

Menurut Lurah Asemrowo Asnafi, warga sudah sering diedukasi agar tidak membuang sampah di sungai. Namun, warga tetap membuang sampah di sungai. Di permukiman warga sekitar sungai, ujar dia, bak pembuangan sampah memang kurang banyak. Yang ada hanya patak tanah yang dijadikan sebagai tempat pengumpul sampah. ”Kalau sudah menumpuk, akan diambil DKRTH,” jelasnya.

Untuk menjaga kebersihan di wilayah tersebut, tentu dibutuhkan peran bersama. Mulai pemerintah kota, camat, lurah, hingga seluruh lapisan masyarakat. Kerja sama antara warga Kelurahan Asemrowo dan Sukomanung­gal juga dibutuhkan.

Sementara itu, Panji, warga Jalan Tambak Pring Barat, RT 10, RW 8, Asemrowo, menyatakan bahwa kualitas air sungai yang buruk berdampak pada usaha tambaknya. Sebab, dia memanfaatk­an air sungai untuk pengairan. ”Sudah tiga tahun ini, hasil tambak menurun drastis. Sebab, air keruh dan banyak busa membuat banyak ikan bandeng dan udang yang mati,” ujarnya.

Panji mengungkap­kan, sebelumnya, dalam sekali panen, hasilnya bisa mencapai 1 ton. Setelah air tercemar limbah, hasil panen tak sampai setengahny­a. Dia mengaku sudah menyampaik­an keluhan kepada pemerintah setempat. ”Sekarang coba ikan mujair yang bisa lebih kuat bertahan hidup pada air berkualita­s buruk,” tuturnya.

Presiden Tunas Hijau Mochamad Zamroni mengatakan telah mengetahui kondisi Sungai Tambak Lumpang sejak sekitar tiga tahun lalu. Penemuan tersebut telah dilanjutka­n kepada Dinas Lingkungan Hidup Surabaya. ”Pemerintah harus tegas dan lebih berani menindak pabrik yang bermasalah atau menyalahi aturan,” katanya.

Saat dikonfirma­si, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Surabaya Eko Agus Supiadi mengungkap­kan baru mengetahui dugaan pencemaran limbah pada tambak ikan di lokasi tersebut. ”Kami akan segera mengecek ke lokasi. Sebab, tidak semua air keruh dari limbah,” jelasnya kemarin (30/12). Pihaknya memastikan pabrik yang terbukti melanggar aturan pembuangan limbah akan ditegur dan dikenai sanksi.

 ?? KARTIKA SARI/JAWA POS ?? MIRIS: Dari kanan, Kasi Trantib dan Pembanguna­n Kelurahan Asemrowo Soejitno, Kasatgas Linmas Asemrowo Zainal Abidin, serta Moch. Widodo meninjau Sungai Tambak Lumpang kemarin (30/12).
KARTIKA SARI/JAWA POS MIRIS: Dari kanan, Kasi Trantib dan Pembanguna­n Kelurahan Asemrowo Soejitno, Kasatgas Linmas Asemrowo Zainal Abidin, serta Moch. Widodo meninjau Sungai Tambak Lumpang kemarin (30/12).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia