Gerakan untuk Wakili Suara Penderita Mental Illness
SURABAYA, Jawa Pos – Sebuah tarian kontemporer dimainkan Rif’ah Aisyah Prisilia selama tujuh menit di Gedung Teater Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya kemarin (30/12). Bagi orang awam, gerakan yang ditampilkan perempuan berusia 21 tahun tersebut terlihat absurd. Hanya permainan tangan dan tubuh. Padahal, ada makna yang cukup dalam di balik tarian berjudul
Tidak Berbeda tersebut. ’’Lewat karya ini, saya ingin menyampaikan bahwa ketika ada orang yang memiliki mental tidak sehat atau stres jangan dijauhi. Mereka butuh teman. Sesungguhnya kita semua ini sama,’’ tutur mahasiswa semester lima STKW itu. Masyarakat kadang justru menjauhi orang-orang yang sakit mental. Padahal, mereka tidak gila.
Tarian itu diciptakan sendiri oleh Rif ’ah. Dia menampilkan karyanya tersebut di acara penutupan pameran lukisan Artherapy bulan depan. Sebagai pengiring musik, dia akan berkolaborasi dengan musisi Surabaya Arul Lamandau.
Ada beberapa gerakan yang menggambarkan sebuah protes dari penderita
mental illness terhadap lingkungan sekitar yang menjauhinya. Saat di pertengahan tarian, Rif’ah tampak melakukan sebuah gerakan seolaholah sedang menarik sesuatu dengan kencang sambil memasang mimik muka sedikit marah. ’’Itu artinya, jangan tinggalkan aku. Jangan takut berteman sama aku. Aku butuh teman,’’ ungkapnya.
Kemudian, ada lagi gerakan saat Rif’ah menoleh ke atas dengan wajah sangat marah sambil mengangkat tangannya. ’’Itu menunjukkan kemarahan seorang penderita sakit mental. Seolah saya marah kenapa bisa sakit seperti ini. Padahal, ini semua bukan kehendak saya, saya nggak mau ada di titik ini,’’ jelas perempuan asli Sidoarjo tersebut.