Jawa Pos

Jor-joran di Bursa Transfer Bukan Jaminan

Pemanggila­n Pemain ke Timnas Membuat Kekuatan Madura United Tergerus Melihat bagaimana aktifnya Madura United mendatangk­an pemain papan atas menyongson­g musim 2019 membuat tim berjuluk Laskar Sape Kerrap itu digadang-gadang bisa meraih gelar juara. Hasiln

- (nia/c10/ali)

SIAPA yang tak keder melihat Andik Vermansah, Beto Goncalves, Zulfiandi, Jaimerson, Markho Sandy, Greg Nwokolo, M. Ridho, hingga

top scorer Liga 1 2018 Aleksandar Rakic berada di tim yang sama, Madura United? Tak salah kemudian ada yang menyebut Madura United sebagai Los Galacticos Indonesia karena punya sederet pemain bintang. Kandidat calon kuat peraih gelar juara pun disematkan kepada Laskar Sape Kerrap.

Namun, semua perkiraan meleset. Dari tiga ajang yang dijalani pada 2019, tak ada satu pun trofi yang direngkuh. Bahkan, finis di posisi runner-uppunsusah.PadaPialaP­residen 2019, Madura United terhenti di babak semifinal setelah kalah agregat 2-4 atas Persebaya Surabaya.

Di Piala Indonesia pun, Greg Nwokolo dkk terhenti di babak empat besar. Kali ini Madura United tersandung di tangan PSM Makassar.

Liga 1 lebih tak bersahabat dengan Madura United. Sempat bertengger lama di posisi runner-up, mereka malah terempas di posisi kelima pada akhir kompetisi.

Padahal, performa Madura United di awal musim cukup meyakinkan. Bahkan, di laga perdana mereka menumbangk­an Persela Lamongan 5-1 di Stadion Surajaya, Lamongan (17/5). Namun, di tengah kompetisi, Madura United mulai goyah.

Mereka sempat lima kali beruntun menjalani laga tanpa kemenangan. Selain itu, Sape Kerrap kehilangan banyak poin di kandang. ”Kami tidak pernah full team. Itu masalahnya. Selalu ada pemain kami yang absen. Entah cedera, akumulasi, atau panggilan timnas,” ucap asisten pelatih Madura United Rasiman.

Banyak dihuni pemain bintang rupanya menjadi bumerang juga bagi Madura United. Mau tidak mau banyak penggawany­a yang dibutuhkan untuk memperkuat timnas. Bahkan, Madura United menjadi tim penyumbang pemain terbanyak bagi timnas. Tujuh pemain dipanggil untuk timnas senior dan U-23.

”Kami tidak pernah menghalang­i pemain untuk membela timnas. Hanya, yang saya sesalkan, kenapa masih ada TC jangka panjang di timnas. Itu sangat merugikan tim. Pemain pasti kelelahan,” jelas Rasiman.

”Saat kembali ke tim, otomatis pemain dalam kondisi kelelahan. Kami paksa main pun tidak mungkin. Apalagi, ada beberapa pemain kami yang datang ke tim dengan kondisi cedera. Beto, misalnya, yang akhirnya tidak bisa 100 persen,” imbuh pria asli Banjarnega­ra tersebut.

Sebenarnya persoalan Madura United bukan hanya banyaknya pemain yang memperkuat timnas. Cedera juga menjadi momok tersendiri bagi mereka. Di awal musim mereka bahkan sudah kehilangan Zah Rahan yang mengalami putus pada otot pangkal paha.

Kemudian, di pertengaha­n musim, giliran bek tengah Fandry Imbiri yang mengakhiri musim lebih cepat akibat masalah pada lutut kiri. Belum lagi pemain lain seperti Andik, bahkan Rakic, yang sempat mendapat masalah pada hamstring.

”Kami akui kami gagal. Tetapi, pemain sudah berjuang sangat keras. Kami mencoba bangkit. Bahkan, di dua laga terakhir kami menang dua kali di kandang lawan,” ujar Rasiman.

 ??  ??
 ?? ALLEX QOMARULLA/JAWA POS ?? TIDAK KONSISTEN: Para pemain Madura United merayakan gol ke gawang lawan di ajang Liga 1 musim 2019.
ALLEX QOMARULLA/JAWA POS TIDAK KONSISTEN: Para pemain Madura United merayakan gol ke gawang lawan di ajang Liga 1 musim 2019.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia