Jawa Pos

Ambil Sampel hingga Kedalaman 2 Meter

ITS Teliti Contoh Tanah Berasap di Depo Sidotopo

-

SURABAYA, Jawa Pos – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya kembali memantau aktivitas asap panas yang muncul di area Stasiun Depo Lokomotif Sidotopo Surabaya kemarin (6/1). Jika sebelumnya mengambil contoh tanah permukaan dan sekitar titik asap, kali ini tim DLH mengambil contoh tanah di bagian dalam.

’’Kami mengambil contoh tanah lebih dalam dari sebelumnya. Yaitu, sampai 2 meter. Supaya tahu kondisi permukaan dan yang ada di dalam,’’ ujar Kabid PLT Pengawasan dan Pengendali­an Lingkungan Hidup DLH Surabaya Ali Murtadho kemarin. Pihaknya juga mengukur kembali suhu udara di sekitar titik api. Apakah ada perbedaan atau tidak dengan hari sebelumnya. ’’Sejauh ini tidak ada perbedaan. Kecuali jika lokasi diberi perantara benda-benda yang mudah terbakar,’’ tambahnya.

Berdasar pantauan Jawa Pos, tanah yang masih dipasangi garis polisi itu sekilas memang tampak tidak mengeluark­an asap. Namun, jika diberi ranting dan dedaunan kering, bendabenda itu lambat laun terbakar. Saat diukur menggunaka­n alat termometer infrared, suhu di area tersebut jauh lebih panas.

’’Panasnya sempat 422 derajat. Nah, itu karena ada pemicunya. Contohnya, ranting. Orang Jawa bilang mowo,’’ paparnya sembari menunjuk kayu kering tersebut.

Untuk sementara, pihaknya mengimbau masyarakat, terutama warga yang tinggal dan beraktivit­as di sekitar Stasiun Depo Lokomotif Sidotopo Surabaya, agar menjauh dari area yang sudah disterilka­n dengan garis polisi. ’’Hindari aktivitas di area steril sampai hasil penelitian diketahui,’’ tuturnya.

Penelitian melibatkan akademisi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Pihaknya juga berencana melibatkan banyak pihak untuk memantau fenomena asap panas tersebut. Mulai akademisi, praktisi, sampai pemerhati sejarah. ’’Nanti bila sudah keluar rekomendas­i dari tim ahli, segera kami sampaikan,’’ jelasnya.

Ketika dikonfirma­si, pakar geologi dari ITS Surabaya Amien Widodo menjelaska­n bahwa kedalaman tanah yang baik untuk bisa diteliti sekitar 1–2 meter.

Sebab, menurut Amien, sifat fisik tanah di kedalaman tersebut sudah berubah. ’’Perubahan yang tampak itu, misalnya, dari warna dan tekstur tanah. Bisa kekasarann­ya dan lain sebagainya,’’ paparnya.

Untuk sementara, Amien tidak ingin berandai-andai mengenai penyebab fenomena asap di area depo tersebut. Ada beberapa kemungkina­n. Dari pengalaman di lapangan, terdapat beberapa dugaan yang muncul. Contohnya, sampah yang tertimbun lama dan telah melalui proses senyawa kimia.

’’Timbunan sampah yang lama juga bisa mengeluark­an asap karena ada reaksi kimia. Batu bara pun demikian. Untuk kepastiann­ya, tunggu hasil riset saja dulu,’’ jelasnya.

Soal lamanya waktu yang diperlukan untuk meneliti kandungan tanah, alumnus Universita­s Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta itu tidak mengatakan secara spesifik. Sebab, contoh tanah tersebut akan dibawa ke laboratori­um teknik kimia. ’’Nanti diteliti di lab. Jika perlu diverifika­si, kami akan meninjau langsung ke lokasi sekaligus mengecek dengan alat yang dapat memindai kondisi kedalaman tanah,’’ paparnya.

 ?? ALLEX QOMARULLA/JAWA POS ?? TUNGGU HASIL RISET: Tim DLH mengambil contoh tanah pada kedalaman 2 meter untuk melengkapi sampel yang diambil sebelumnya.
ALLEX QOMARULLA/JAWA POS TUNGGU HASIL RISET: Tim DLH mengambil contoh tanah pada kedalaman 2 meter untuk melengkapi sampel yang diambil sebelumnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia