Tiada Pemenang di Perjanjian Fase Pertama
Presiden Selevel dengan Ketua Tim Negosiator
WASHINGTON, Jawa Pos – Presiden AS Donald Trump berusaha untuk membesarbesarkan kesepakatan dagang parsial dengan Tiongkok. Namun, tidak ada yang memercayai klaim Trump meski Tiongkok juga tak menganggap kesepakatan kali ini sebagai sebuah kemenangan besar bagi kubu mereka.
Seremoni yang dihelat di East Room, Gedung Putih, AS, kemarin dini hari WIB memang dicitrakan penting dan besar. Pemerintah AS mengundang hampir semua pejabat teras dan pemangku kepentingan. CEO Boeing Dave Calhoun, investor kelas kakap AS Sheldon Adelson, hingga pesohor jaringan media Fox News Lou Dobbs hadir dalam upacara tersebut.
”Ini adalah kesepakatan terbesar di dunia hingga saat ini,” kata Trump saat memberikan sambutan.
Klaim tersebut jelas tidak benar. Associated Press melakukan cek fakta dan menyatakan bahwa kesepakatan dagang dengan Meksiko atau Kanada di rezim Trump masih lebih besar.
Selain itu, seremoni Rabu lalu diiringi dengan beberapa detail tersembunyi yang sedikit memalukan bagi AS. Isu paling mencolok pastinya soal tiadanya sosok Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam acara penandatanganan kesepakatan dagang pertama. Xi hanya menyampaikan salamnya lewat surat.
”Kesepakatan ini menunjukkan bahwa dua negara bisa mencapai permufakatan dengan asas keadilan. Saya akan tetap menjalin komunikasi pribadi dengan Anda (Trump, Red),” ucap Liu He, wakil perdana menteri Tiongkok, membacakan isi surat Xi seperti yang dilansir Agence France-Presse.
Tahun lalu Trump mengungkapkan keinginan untuk bertemu Xi di sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Chile pada November. Rumornya, dia akan menandatangani kesepakatan pertama di sana. Namun, perhelatan itu dibatalkan tuan rumah. Setelah itu, ayah Ivanka tersebut pun mengungkapkan beberapa lokasi untuk menjamu Xi. Namun, Trump akhirnya harus bersanding dengan Liu dalam menandatangani dokumen yang paling dibanggakan. Memang, peran Liu cukup penting dalam negosiasi perjanjian dagang. Dia adalah pemimpin tim negosiasi kubu Tiongkok. Namun, Liu bahkan tak masuk ranking tiga besar orang paling berkuasa di Tiongkok: presiden, perdana menteri, dan ketua kongres. Liu hanyalah satu di antara beberapa asisten Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang. Secara logika, dia setara dengan menteri senior atau ketua tim negosiator AS, yakni Utusan Dagang AS Robert Lighthizer. Namun, Gedung Putih seperti tak peduli soal itu. Mereka menegaskan bahwa lokasi seremoni di tanah AS saja sudah jadi tanda kemenangan Negeri Paman Sam. Trump pun tak sungkan untuk menyapa Xi. ”Saya yakin dia sedang melihat kita semua saat ini,” ungkapnya. Trump masih bersikeras bahwa komitmen yang didapatkan dari Tiongkok memuaskan. Salah satunya, komitmen impor produk AS senilai USD 200 juta selama dua tahun ke depan. Menurut dia, hal itu akan memperkecil defisit neraca perdagangan AS dengan rival terbesarnya. Di sisi lain, Tiongkok pun tak terlihat terlalu girang. Pemerintah pusat di Beijing baru mengumumkan resmi keputusan tersebut 8 jam setelah penandatanganan. Media lokal pun tak memberikan artikel yang menyombongkan diri. Padahal, banyak media massa internasional yang menyatakan Tiongkok menang besar karena mendapatkan ruang bernapas. ”Kemungkinannya mereka tak ingin menyinggung AS. Sebab, masih banyak isu yang harus dipecahkan di masa depan,” ujar Yun Jiang, pakar dari China Neican, seperti yang dilansir