Jatim Potensial Tumbuhkan Perempuan Pengusaha
Entrepreneur Organization Chapter Indonesia East (EOID East) optimistis jumlah perempuan pengusaha bertambah tahun ini. Dua indikator utamanya adalah perkembangan pesat teknologi dalam jaringan (daring) alias online dan kian beragamnya industri kreatif.
PRESIDENT EOID East Caroline Gondokusumo mengatakan bahwa persentase perempuan pengusaha di Indonesia tidak sedikit. Survei International Finance Corporation (IFC) menyebutkan, komposisi wanita pengusaha tanah air berkisar 43 persen pada 2013. Pada 2019, Kemenperin melaporkan bahwa jumlah industri kecil, menengah, dan aneka (IKMA) telah mencapai 4,4 juta. ”Dari angka tersebut, mayoritas diisi wanita pengusaha meskipun rata-rata usahanya skala kecil,’’ katanya.
Data itu membuktikan bahwa potensi perempuan entrepreneur di Indonesia besar. ’’Tidak boleh diremehkan,’’ ujarnya.
Menurut perempuan 48 tahun tersebut, pengusaha zaman sekarang harus benar-benar memanfaatkan kemudahan teknologi. Termasuk para wanita entrepreneur. ’’Tidak boleh di sia-siakan. Sekarang bisnis online sudah gampang,’ ucapnya.
Saat ini siapa pun bisa berbisnis. Baik kuliner, fashion, MUA, F&B, maupun traveler photography. Dalam banyak bidang itu, ada beragam jenis produk dan jasa yang bisa ditawarkan kepada publik. ”Apalagi banyak platform media sosial yang juga support,” jelasnya.
Karena itu, melalui EOID East, Caroline agresif berkontribusi menciptakan pengusaha baru di Indonesia Timur. Khususnya Jawa Timur (Jatim). Dia menuturkan bahwa EOID East adalah organisasi yang memberikan wadah bagi para pengusaha menengah untuk belajar bersama demi menjadi individu dan pengusaha yang lebih baik.
’’Makanya, tahun ini kami mengadakan EO Womenprenuer Award. Tujuannya, memberikan kesempatan pada wanita pengusaha yang terpilih untuk belajar bersama melalui beberapa program di EOID East,’’ ungkapnya.
Selain itu, pihaknya membantu mereka membuka pasar. ’’Kami akan mengoneksikan peraih award tersebut dengan network kami di luar negeri,’’ tuturnya.
Di mata Caroline, seorang pengusaha harus berani mengambil risiko. Termasuk dalam berinvestasi. Baik berupa waktu maupun financial. ’’Saat ini kita berada di era yang mengalami perubahan cukup cepat. Ditambah lagi globalisasi market dan semakin maraknya perdagangan bebas antarnegara,’’ ucapnya.
Berbagai hal tersebut membuat pengusaha harus siap untuk embracing the change dalam sistem produksi, kebijakan bisnis, dan HR management. ”Kita semua juga harus siap menjangkau pasar dan para customer-nya dari waktu ke waktu apabila ingin terus sukses,” ungkapnya.
Sementara itu, survei EOID East menyatakan bahwa seluruh anggota optimistis menghadapi 2020 ini.