Proyek LRT Bisa Jalan Dulu
SURABAYA, Jawa Pos – Pengembangan kawasan Gerbangkertosusila akan banyak menyentuh Kota Surabaya. Sudah ada sosialisasi dari pemerintah pusat terkait dengan Perpres 80/2019 tersebut. Diharapkan, proyek-proyek yang masuk di lampiran perpres itu menjadi prioritas pemerintah daerah masing-masing.
Di Surabaya, proyek infrastruktur perkotaan yang mungkin bisa segera ditindaklanjuti adalah perencanaan pembangunan moda transportasi umum masal berbasis rel. Proyek tersebut adalah pembangunan moda transportasi LRT
Kepala Bappeko Surabaya Eri Cahyadi menuturkan, setelah pertemuan untuk sosialisasi Perpres Nomor 80 Tahun 2019 di Grand City itu, belum ada pertemuan lanjutan yang membahas secara teknis dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Timur. Pertemuan tersebut akan mendetailkan rencana proyek prioritas yang segera dikerjakan.
’’Nanti kami diundang lagi oleh Bappeda Jatim. Kemarin itu masih gambaran secara umum, belum mendetail,’’ ungkap Eri kemarin.
Proyek-proyek dalam Perpres Nomor 80 Tahun 2019 tersebut memang harus pula disinkronkan dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Surabaya. Menurut Eri, yang paling memungkinkan segera digarap adalah proyek LRT. Dalam perpres itu, LRT diestimasi punya nilai investasi Rp 15,36 triliun. Pendanaan untuk proyek tersebut sangat mungkin merupakan kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU). ’’Paling utama ya proyek transportasi LRT itu. Kalau ada rapat kecil, insya Allah itulah yang baru bisa jalan dulu,’’ ujar Eri.
Pemkot Surabaya memang sudah lama membuat perencanaan untuk sistem transportasi masal berbasis rel itu. Mereka membaginya dalam dua koridor utama. Koridor utara ke selatan akan menggunakan moda transportasi trem, sedangkan koridor barat ke timur memakai moda LRT.
Berbagai kajian pun pernah dibuat untuk mendukung realisasi proyek transportasi masal tersebut. Tapi, belum bisa terealisasi. Wakil Wali
Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana juga mewacanakan realisasi transportasi masal itu. Dia menjajaki kemungkinan untuk membuat moda transportasi MRT seperti di Jakarta, yakni berada di bawah tanah. Sudah ada diskusi dengan pakar kegempaan dari ITS dan pakar ekonomi dari Unair.
Belakangan, Pemkot Surabaya memanfaatkan Suroboyo Bus sebagai salah satu tulang punggung untuk menunjang transportasi masal. Meskipun, jumlahnya masih terbatas dan sistem pembayarannya menggunakan botol atau gelas plastik.
Lebih lanjut, Eri mengungkapkan bahwa pemkot belum bisa memasukkan seluruh proyek yang tercantum dalam perpres itu ke RTRW Pemkot Surabaya. Mereka harus menunggu petunjuk teknis. ’’Belum ada di perencanaan,’’ katanya.