Jawa Pos

200 Unit Pompa Banjir Tak Boleh Mati

Pemkot Bikin Miniboezem di Mayjen Sungkono

-

SURABAYA, Jawa Pos – Saat hujan turun, 200 pompa banjir yang tersebar di 59 rumah pompa tidak boleh mati. Keberadaan­nya sangat vital. Bila ada yang ngadat, kota akan terancam. Air bisa menggenang­i kawasan kota. Karena itu, pemkot menyiagaka­n pegawainya di rumah pompa selama 24 jam.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Erna Purnawati menerangka­n kondisi rumah pompa tersebut saat hearing di Komisi C DPRD Surabaya kemarin. Menurut dia, jumlah pompa setiap tahun terus ditambah.

Dia mencontohk­an Rumah Pompa Grahadi. Rumah pompa itu dijaga petugas seharian penuh. Listrik dan genset disediakan agar pompa tidak mati saat debit air tinggi. ”Solar harus kami pesan satu hari sebelum tangki habis. Kalau itu mati 10 menit saja, tengah kota bisa kacau. Langsung tergenang,” kata dia. Semua unit rumah pompa juga sudah mendapat instalasi listrik dari PLN

Kecuali Rumah Pompa Wonorejo yang letaknya jauh dari wilayah permukiman.

Erna juga menjelaska­n pembanguna­n Rumah Pompa Petekan. Seharusnya, proyek tersebut dikerjakan pemerintah pusat. Anggaran Rp 200 miliar sempat disiapkan. Namun, pada akhirnya anggaran itu tidak turun. Pemkot harus membangun sendiri rumah pompa di area hilir Anak Sungai Brantas tersebut. ”Itu kami, Bu, yang kerja. Sekarang sudah jadi satu unit pompa. Tinggal dua lagi dikerjakan tahun ini,” ujar Erna.

Selain pompa, ada proyek pemerintah pusat yang akhirnya dikerjakan dengan memakai APBD.

Yakni, proyek box culvert diversi Gunungsari yang hingga sekarang belum tersambung ke Pakal. Pemkot harus menggelont­orkan ratusan miliar rupiah untuk melanjutka­n proyek tersebut.

Ada juga penanggula­n Kali Lamong. Anggaran pusat juga tidak turun. Erna sudah berkomunik­asi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo terkait realisasi tanggul itu. Namun, hingga sekarang anggaran tak kunjung cair. ”Akhirnya, kami kerjakan sendiri juga. Tapi, cuma pakai tanggul tanah dan batu,” lanjut alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.

Dia mengatakan, pemkot harus menempatka­n 10 alat beratnya di Kali Lamong. Bukan hanya sungai utama yang harus ditanggul. Melainkan juga anak sungai Kali Lamong yang sering meluap. ”Biasanya 10. Tapi saat hujan sekarang, kami tambah lagi jadi 12,” katanya.

Erna mengungkap­kan beberapa hal yang sudah dilakukan demi Surabaya itu untuk menjawab pertanyaan anggota Komisi C DPRD Surabaya Asrhi Yuanita Haqie. Asrhi menyorot kinerja dinas pekerjaan umum bina marga dan pematusan (DPUBMP) selama ini.

Dia merasa kondisi geografis Surabaya tidak bisa terus-terusan dijadikan tameng saat timbul genangan dan banjir. ”Kalau masalah itu ya ket biyen. Maksudku, apa yang sudah dilakukan PU untuk mengatasi hal tersebut?” kata politikus PDIP itu.

Pernyataan Ashri itu didukung Ketua Komisi C DPRD Surabaya Baktiono. Dia merasa ada sejumlah titik yang setiap tahun selalu tergenang. Pemkot telah mengucurka­n triliunan rupiah untuk mengatasi persoalan banjir tersebut. ”Kecuali banjirnya itu tidak diketahui di mana. Nah, ini kan sudah jelas di mana saja,” ujarnya kemarin.

Baktiono mengajak DPUBMP sidak ke seluruh lokasi yang rawan tergenang. Anggota dewan dari setiap dapil akan memberi masukan ke dinas agar ada langkah konkret yang bisa diambil. Selama ini anggota dewan merasa kesulitan untuk mengajak DPUBMP berkoordin­asi.

Sementara itu, penanganan banjir di Jalan Mayjen Sungkono dikebut oleh petugas dari DPUBMP. Salah satunya adalah pembuatan miniboezem di seberang gedung TVRI. Miniboezem

itu akan menjadi penampunga­n sementara untuk aliran air yang berasal dari kawasan yang lebih tinggi di sekitar Dukuh Kupang.

Ketua Rayon Wiyung DPUBMP Syahrial Mahyudin mengungkap­kan, ide pembuatan miniboezem itu langsung dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharin­i. Termasuk desain miniboezem

tersebut. ”Baru kali ini kami buat miniboezem di tanah berkontur. Arahan Bu Wali kemarin dibuat terasering,” ungkap Syahrial kemarin (21/1).

Pengamatan di lokasi, miniboezem itu terletak di depan TVRI. Ada backhoe besar di sekitar kawasan tersebut untuk mengeruk tanah. Pohon-pohon yang tinggi menjulang sudah tidak ada lagi. MenurutSya­hrial,pohon-pohonterse­but dipindahka­nbersamaak­ar-akarnya sehingga bisa kembali ditanam di Kebun Bibit Wonorejo.

”Progresnya sekitar 15 persen karena Minggu dan Senin kami fokus untuk relokasi pohonpohon yang ada di segi tiga ini. kami sudah komunikasi dengan rekan DKRTH juga,” jelas dia. Tanah kerukan boezem terasering akan ditempatka­n di sekitar

underpass.

Selain pembuatan boezem

terasering, pemkot memperleba­r dan memperdala­m saluran tepi di pinggir Jalan Mayjen Sungkono, depan pertokoan Darmo Park. Kemarin siang petugas masih menyelesai­kan pembongkar­an lapisan beton yang menutupi saluran tersebut di dekat halte. Ada pula pekerja yang mengeruk saluran dan menata kabel.

Karena ada pengerjaan saluran dan timbunan material, jalan pun menyempit. Imbasnya, arus lalu lintas tersendat. Apalagi di dekat lokasi pengerjaan tersebut ada

traffic light.

 ?? DIPTA WAHYU/JAWA POS ?? SUMBAT SUNGAI: Petugas pematusan mengambil sampah dan enceng gondok di Kali Jagir.
DIPTA WAHYU/JAWA POS SUMBAT SUNGAI: Petugas pematusan mengambil sampah dan enceng gondok di Kali Jagir.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia