Awalnya Warga Merasa Aneh, tapi Lama-Lama Ikut Serta
Puntung rokok ternyata bisa dimanfaatkan. Di Pacar Keling, warga mengubahnya menjadi cairan pembasmi hama pada tanaman. Tentu setelah ditambahkan daun sirsak dan duan mimbo. Tanaman yang menghijaukan kampung pun tumbuh sehat. Ramah lingkungan pula.
FAJAR ANUGRAH TUMANGGOR, Jawa Pos
BEGITU sampai di halaman Jalan Pacar Keling II, Tambaksari, suasana hijau menyambut siapa saja yang datang. Aneka tanaman obat keluarga (toga) serta kondisi perumahan yang bersih memanjakan mata pengunjung. Di depan rumah warga terdapat tempat sampah dan bunga-bunga hias yang ditata. Ada pula wadah yang menampung bekas puntung rokok warga.
Wadah itu berjumlah puluhan. Posisinya dibuat berjajar di sisi barat dan timur rumah. ”Nah, di dalam wadah ini, kami menampung air. Kami ingin menghancurkan tembakau puntung rokok tersebut,” ujar Ketua RT 2, RW 10, Pacar Keling HM. Soetikno saat dijumpai kemarin (21/1).
Apa manfaat semua itu? Dia mengatakan, hasil peleburan tembakau itulah yang dijadikan bahan dasar pembuatan cairan pembasmi hama. ”Kami padukan dengan daun mimbo dan daun sirsak,” kata pria 56 tahun itu.
Untuk membuatnya, 30 lembar daun mimbo serta 5 helai daun sirsak dicacah kecil. ”Cairan tembakau tadi lantas ditambahkan sebanyak satu sendok,” ungkapnya. Seluruh bahan itu dimasukkan dalam satu wadah
”Kemudian, ditunggu selama 24 jam agar melebur,” paparnya.
Dari pengolahan itu bisa didapat enam botol cairan pembasmi hama dengan volume 300 ml. ”Produk ini sudah bisa digunakan,” katanya.
Soetikno menerangkan bahwa cairan itu bisa langsung disemprotkan ke tanaman. Apa pun jenisnya. ”Mulai dari toga hingga bunga-bunga,” kata dia. Hasilnya bagus. Hama seperti ulat dan lalat tak mau mendekat. ”Efeknya tidak ada sama sekali. Karena mayoritas berbahan organik,” tuturnya.
Soetikno menambahkan, pembuatan cairan pembasmi hama itu terinspirasi dari YouTube. ”Saya lihat ada produk berbahan dasar tembakau. Bedanya, kami menambahkan daun sirsak dan daun mimbo. Di video itu tidak,” ujar dia.
Kader lingkungan RT 02, RW 10, Pacar Keling, Listiyawati menambahkan bahwa tanaman tersebut berada di sekitar kampung. ”Kami memaksimalkan apa yang ada di sini,” ungkap perempuan 50 tahun tersebut.
Dia semula tidak paham manfaat sisa puntung rokok jika dipadukan dengan dua daun tanaman itu. Justru kesannya di awal aneh. ”Karena kotor,” ungkap dia. Namun, setelah mendapat pencerahan dari Soetikno, dia dan warga lain akhirnya turut serta mencoba pengolahan. ”Kami diajari perlahan-lahan sampai bisa,” paparnya.
Listiyawati menerangkan, selain bisa digunakan untuk pembasmi hama yang melekat di tanaman, cairan berwarna cokelat itu juga cocok digunakan untuk toilet yang mampet. ”Di rumah saya, toilet kadang susah berfungsi. Namun, setelah diberi cairan itu, jadi lancar. Saya tuangkan sebanyak 1,5 liter,” katanya.
Dia menambahkan, cairan pembasmi hama itu akan terus dikembangkan. Bakal dibuat dalam jumlah banyak. ”Saat ini, kami juga sedang menyiapkan beragam berkas untuk mematenkan produk. Mereknya sudah ada. Bernama Karang Kedempel,” ucap Soetikno.
Nama itu menggambarkan sikap egaliter (kesetaraan). ”Jadi, di kampung ini tidak dibeda-bedakan. Semuanya satu. Ya, itulah yang menggambarkan produk tersebut. Dibuat oleh semuanya. Hasilnya nanti untuk semua,” kata dia.
Soetikno juga sedang menyiapkan pengembangan berikutnya. Yakni, meminta bantuan balai pengawas obat dan makanan (BPOM). ”Kami juga minta bantuan BPOM untuk melihat kadar kelayakan cairan,” ungkapnya. Sebab, belum bisa dipastikan kadar yang tepat untuk tanaman apa saja.
Pengembangan itu, kata dia, juga upaya meningkatkan kesadaran warga untuk terlibat lebih aktif mengelola lingkungan. Dia berharap langkah tersebut bisa diikuti kampung lain. Menurut dia, ilmu sederhana semacam itu perlu dibagikan kepada semua orang. ”Ini semua demi memajukan kampung di Surabaya,” paparnya. Lagi pula, sebagai kampung yang meraih predikat Kampung dengan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam ajang Surabaya Smart City 2019, Soetikno ingin wawasan lingkungan jadi roh kehidupan masyarakat. ”Sehingga mereka bisa menurunkannya ke anak cucu kelak,” ungkapnya.
Cairan pembasmi hama itu, kata Soetikno, bisa jadi hal sederhana. Namun, lanjut dia, penilaian tak boleh sekadar dari kemasan. Harus dilihat manfaatnya yang luas.