Jawa Pos

Sekolah Butuh Standardis­asi Soal

Perubahan USBN Menjadi Ujian Sekolah

-

SURABAYA, Jawa Pos – Kementeria­n Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbu­d) telah mengubah ujian sekolah berstandar nasional (USBN) menjadi ujian sekolah (US). Setiap lembaga pendidikan diwajibkan untuk menggelar dan membuat soal US sendiri. Namun, hal itu membuat sekolah sulit menetapkan standardis­asi kualitas pendidikan.

Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Swasta Wilayah Timur Wiwik Wahyunings­ih mengatakan, berdasar Peraturan Mendikbud Nomor 45 Tahun 2015, memang sudah ada perubahan tentang US menjadi kewenangan sekolah. Namun, sejak 2–3 tahun lalu, US tersebut distandark­an menjadi USBN. Yakni, 30 persen soal dibuat pusat dan sisanya oleh daerah.

’’Di Surabaya dibuat standardis­asi dengan mengganden­g musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) untuk membuat soal agar standarnya sama setiap sekolah,” katanya.

Namun, saat ini belum ada keputusan dari Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya apakah pembuatan soal distandark­an bersama MGMP atau tidak. Sebab, kebijakan Mendikbud telah mengembali­kan kepada sekolah masing-masing dalam pelaksanaa­n US maupun pembuatan soal. ’’Kalau kami sendiri, soalnya dibuat bersama atau tidak, boleh-boleh saja,” ujarnya.

Wiwik menuturkan, ketika soal US dibuat sendiri oleh tiap-tiap sekolah, nanti tidak ada standardis­asi. Setiap sekolah akan membuat soal yang berbeda-beda. Hal itu membuat lembaga pendidikan menjadi tidak memiliki standar tertentu untuk melihat kualitas pendidikan. ’’Sebenarnya jika US dibuat bersama MGMP, sekolah bisa mengevalua­si dari hasil US. Nilai rata-rata sekolah di bawah atau di atas standar,” katanya.

Selain itu, pelaksanaa­n US jadi lebih hemat ketika soal dibuat secara bersamasam­a dengan MGMP. Sebab, kebijakan pemerintah dikeluarka­n baru-baru ini. Sementara itu, anggaran sekolah sudah disusun. ’’Jadi, banyak sekolah yang memang belum siap dengan anggaran pelaksanaa­n US jika soal dibuat sendirisen­diri,” tuturnya.

Kepala SMP 17 Agustus itu mencontohk­an anggaran untuk honor pembuatan soal, cetak, dan kertas jika US dilaksanak­an tidak berbasis komputer. Jika menggelar US berbasis komputer, juga harus disiapkan tim untuk server dan internet. ’’Sebenarnya kami mengikuti saja. Sekolah sendiri siap,” kata dia.

Sebelumnya, dispendik juga memfasilit­asi guru-guru untuk membuat soal bersama. Baik negeri maupun swasta. Beberapa soal tersebut akan menjadi bank soal. Namun, belum diputuskan sekolah swasta akan menggunaka­n soal itu atau tidak. ’’Kami masih menunggu proses. Petunjuk dari atas. Sebab, dinas menyerahka­n ke sekolah. Teman-teman kepala sekolah masih menunggu,” paparnya.

Sebenarnya jika US dibuat bersama MGMP, sekolah bisa mengevalua­si dari hasil US. Nilai rata-rata sekolah di bawah atau di atas standar.”

 ??  ?? WIWIK WAHYUNINGS­IH Ketua MKKS SMP Swasta Wilayah Timur
WIWIK WAHYUNINGS­IH Ketua MKKS SMP Swasta Wilayah Timur

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia