Pasar Penjaringan Sari Baru Siap Ditempati
SURABAYA, Jawa Pos – Pembangunan Pasar Penjaringan Sari Baru (PSB) rampung. Kini Kecamatan Rungkut bersama Dinas Koperasi serta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Surabaya menyiapkan langkah untuk mengaktifkan pasar tersebut. Rencananya, yang diprioritaskan mengisi adalah pedagang dari Pasar Tumpah Jalan Pandugo II.
Pasar PSB dibangun awal 2018. Sempat beroperasi tiga bulan, banyak pedagang yang memilih hengkang. Alasannya, pasar sepi pembeli. Omzet mereka turun drastis. Awalnya, pedagang Pasar PSB merupakan pindahan dari Jalan Pandugo II. Ada 125 pedagang. Pedagang asli Surabaya dipindahkan ke Pasar PSB.
Di sisi lain, pasar tumpah itu tetap beroperasi di gang selebar 4 meter. Sebagian besar pedagangnya dari luar Surabaya. Akibatnya, persaingan terjadi. Pasar PSB pun kalah.
Saat itu sebenarnya pedagang menolak. Mereka mau dipindahkan asal semua pedagang bisa tertampung. Jumlah stan hanya 48 bedak. Jelas tidak cukup.
Akhirnya diputuskan tidak ada lagi pemindahan pedagang sebelum penambahan stan selesai. Pemkot memindahkan pasar tersebut untuk mengembalikan fungsi jalan. Setiap pagi kemacetan terjadi. Pembeli yang keluar masuk dan parkir kendaraan memacetkan lalu lintas.
Penambahan 62 stan telah diselesaikan Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Pemukiman Cipta Karya dan Pematusan (DPUBMP) Surabaya.
Bangunan telah diserahkan ke dinkop dan UMKM. ”Total, ada 110 stan sekarang. Sudah kami serahkan ke dinkop,” kata Kabid Bangunan Gedung DPRKP CKTR Iman Krestian Maharhandono.
Penambahan stan dilakukan di sekeliling bedak yang lama. Modelnya pun sama. Meja keramik berukuran 50 x 100 sentimeter. Lapak basah dilengkapi dengan keran air. Aktivasi pasar itu kini diproses. Dinkop UMKM dan Kecamatan Rungkut segera membahasanya.
Camat Rungkut Yanu Mardianto mengatakan masih menunggu informasi penyerahan bangunan. ”Nanti dibicarakan siapa pengguna bangunan tersebut,” katanya.
Perihal pemindahan ke Pasar PSB, lanjut dia, pedagang di Jalan Pandugo II masih kukuh bertahan di gang. Mereka beralasan lokasi tersebut tetap kurang representatif. ”Lokasinya sempit. Nggak cukup untuk dagangan kami,” ujar Sulaichah, salah seorang pedagang.