Jawa Pos

Bekas Area Timbunan Batu Bara

Lokasi Kemunculan Asap di Dipo Sidotopo

-

SURABAYA, Jawa Pos – Misteri asap panas yang muncul di Dipo Lokomotif Sidotopo perlahan mulai terkuak. Berbagai instansi pun terlibat langsung untuk memantau aktivitas asap yang kemunculan­nya diketahui pada 4 Januari 2020 itu. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya Eko Agus Supiadi menyebut kemunculan asap disebabkan serpihan batu bara yang telah menyatu dengan tanah, bergesekan dengan kayu atau benda lain.

’’Hasil sementara, asap panas muncul karena adanya timbunan batu bara di dalamnya. Hal itu didukung informasi yang diberikan PT KAI. Yakni, dulu di sana (Dipo Sidotopo, Red) terdapat tempat penampunga­n batu bara yang digunakan untuk bahan bakar kereta api,’’ kata Eko Agus kemarin (22/1).

Batu bara diprediksi tertimbun sejak puluhan tahun. Namun, hal itu tidak membuat energi panas pada batu bara berkurang. Kualitasny­a tetap sama atau bisa lebih bagus. Sebab, batu bara belum pernah digunakan. Karena itu, hawa panas akan tetap keluar. Terlebih jika terjadi gesekan dengan benda lain seperti kayu. Gesekan tersebut membuat kayu menjadi gosong dan menimbulka­n asap.

Meski begitu, masyarakat tidak perlu khawatir dengan kondisi yang terjadi. Sebab, menurut Eko Agus, meski mengeluark­an energi panas, kemungkina­n terjadinya kebakaran sangat kecil. Sebab, tidak ada gas yang keluar di lokasi tersebut. Asap yang keluar juga tidak beracun.

Meski begitu, PT KAI harus tetap waspada. Sebab, area keluarnya asap tidak lagi ramah lingkungan. Sebaiknya tidak ada aktivitas masyarakat di lokasi itu. ’’Kemudian, untuk mencegah keluarnya asap panas, tanah harus dalam kondisi dingin. Jadi, setiap tanah harus disiram,’’ jelasnya.

Manajer Humas PT KAI Daop 8 Surabaya Suprapto menjelaska­n bahwa penelitian belum selesai. Hingga kini, garis polisi masih membentang di area seluas 49 meter persegi itu. Masyarakat dan petugas pun dilarang beraktivit­as di lokasi. ’’Dalam waktu dekat, papan bertulisan peringatan tidak boleh beraktivit­as dipasang,’’ kata Suprapto.

Sementara itu, Tim dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaa­n dan Perubahan Iklim (MKPI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Amien Widodo mengatakan, setelah meninjau lokasi pada Senin, 6 Januari 2020, dirinya menemukan dugaan serupa dengan DLH. ’’Sejak awal tanahnya itu warnanya hitam mengilap seperti ada kaca-kacanya. Bentuknya juga nggak utuh. Lebih remukan,’’ ucapnya.

Amien menjelaska­n bahwa sisa-sisa batu bara itu bisa kembali panas karena kondisi kemarau panjang yang sempat melanda Kota Surabaya. Dia menengarai jenis batu bara yang berkualita­s tinggi untuk menjadi bahan bakar kereta api itu adalah antrasit. Amien berharap titik asap panas di Dipo Lokomotif Sidotopo dapat dilokalisa­si.

Selain itu, Amien sependapat dengan upaya PT KAI Daop 8 yang akan memetakan titik lainnya agar segera diketahui dan dapat ditanggula­ngi. ’’Waswasnya kan kalau ada di bawah rel kereta api. Jadi, perlu sekali dilokalisa­si dan pemetaan tempat,’’ ungkapnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia