Ekspresi Rupa dalam Berbagai Gaya
Pamerkan Karya Pelukis Jawa Timur
SURABAYA, Jawa Pos – Delapan lukisan yang menggambarkan sebuah rupa berjajar rapi di lobi Hotel Ibis Surabaya City Center mulai kemarin (22/1). Lukisan-lukisan tersebut adalah karya para pelukis asal Jawa Timur yang didominasi pelukis Surabaya. Setiap karya yang dipamerkan dalam rangka peluncuran ALL (Accor Live Limitless) itu mempunyai ciri khas masing-masing dalam melukiskan sebuah rupa.
Aliran mereka pun bermacam-macam. Ada yang realis, abstrak, hingga dekoratif. Pameran yang berlangsung selama lima hari hingga 26 Januari tersebut mengusung Ekspresi Rupa sebagai tema.
Misalnya, karya Muit Arsa. Mengusung judul Bergincu, dia melukiskan seorang penari legong yang tengah bersolek sebelum pentas. Masih dengan ciri khasnya yang mengusung warna-warna panas dalam lukisannya, Muit menjelaskan bahwa titik berat di lukisannya kali ini terletak pada gesturnya.
”Bagi saya, penari legong itu indah. Bahkan, saat masih berdandan dan belum menari pun, mereka sudah kelihatan indah,” terang Muit saat ditemui kemarin. Inspirasinya muncul saat dia tinggal di Bali beberapa tahun lalu. ”Kesan dari para penari ini sangat membekas. Beberapa kali saya juga sudah bikin visualisasi penari-penari ini, tapi dengan gestur yang berbeda-beda,” imbuhnya. Sosok perempuan memang mendominasi pameran lukisan bertema Ekspresi Rupa kali ini.
Berbeda dengan lukisan Saiful Mujib
Ma’ruf. Pria yang lahir di Jombang tersebut menghadirkan rupanya sendiri dalam lukisan yang berjudul
My ’’D” Code. Lukisan itu samarsamar menggambarkan wajahnya dengan cat warna putih dan hijau. Sisanya dipenuhi garis hitam yang digambarkannya sebagai barcode.
”Ini sebenarnya jejak digital saya. My ’’D” Code itu singkatan dari my
digital code,” ujarnya singkat. Siful menjelaskan bahwa saat di-scan,
barcode tersebut akan tersambung ke jejak digitalnya di internet. Tujuannya cukup sederhana, yakni ingin mengabadikan jejak digitalnya dengan gaya yang artistik. Saiful bercerita bahwa ide menggunakan barcode atau kode-kode lain dalam lukisannya dimulai pada 2012. Saat itu dia ingin mengabarkan kepada dunia bahwa orangorang yang pernah hidup di tanah Indonesia adalah penduduk terhebat. ”Soalnya budayanya itu yang paling bebas,” jelasnya.
Namun, untuk membuat lukisan tersebut, ternyata dibutuhkan waktu yang cukup ekstra. ”Bukan karena sulit. Cuma, ide itu harus benar-benar matang. Mau dikemanakan dulu. Misalnya, kalau mau ditambahkan musik atau video, berarti harus rekaman dulu,” jelasnya. Setelah semua sudah siap, barcode-nya dibuat. Kemudian, barulah eksekusi dengan lukisan untuk menambahkan kesan artistik. ”Yang menarik, kalau kodenya disambungkan ke internet itu akan terus memberikan informasi yang selalu update,” imbuhnya.