Jawa Pos

Merumuskan PPDB Berkeadila­n

-

MASA penerimaan peserta didik baru (PPDB) dengan sistem zonasi memang masih Mei. Masih empat bulan lagi. Namun, ada baiknya pemerintah menggencar­kan sosialisas­i sejak sekarang. Biar masyarakat tidak kaget. Biar mereka juga bisa siap-siap. Setidaknya bisa ancang-ancang untuk mendapatka­n sekolah negeri impian bagi anak-anaknya. Apalagi, sesuai instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, ada beberapa poin kebijakan baru dalam sistem zonasi. Salah satunya, persentase kuota jalur prestasi diperbanya­k.

Setidaknya sosialisas­i sejak dini tidak akan mengulang kejengkela­n masyarakat terhadap mekanisme PPDB tahun lalu. Saat itu gelombang protes publik begitu besar. Komplain bertubi-tubi tersebut sedikit banyak akan menyulitka­n pemerintah sendiri sebagai penyelengg­ara pendidikan. Anda tentu masih ingat anggapan yang merebak di publik. Bahwa siswa pintar kalah oleh jarak apabila ingin masuk ke sekolah negeri favorit. Sebab, makin dekat lingkungan siswa dengan sekolah, peluang masuk semakin besar.

Di sisi lain, pemerintah ingin meratakan kualitas pendidikan. Pemerintah ingin menghapus persepsi sekolah favorit yang hanya ada pada sekolah tertentu. Tanpa kebijakan begitu, kualitas pendidikan juga akan begitubegi­tu saja. Karena itu, diperlukan akselerasi kebijakan. Namun, karena tanpa ancanganca­ng yang cukup, yang didapat adalah protes dari para wali murid.

Nah, apa yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya rasanya patut jadi rujukan bagi pemda lain. Sejak awal tahun, PPDB jauhjauh hari disosialis­asikan. Dispendik juga membuka meja konsultasi. Siapa pun boleh tanya apa pun seputar mekanisme penerimaan siswa baru. Dispendik akan memberikan jawabannya. Harapannya, dengan langkah tersebut, nanti tidak muncul permasalah­an seputar PPDB.

Yang juga menarik, dispendik membuat standar jarak rumah siswa dengan sekolah. Bila dulu yang menjadi titik acuan jarak adalah RT. Kali ini beda. Titik jarak dihitung dari rumah siswa ke sekolah dengan sistem online. Sistem

online tidak hanya digunakan untuk mendaftark­an sekolah saja. Tapi, ada sistem baru yang diterapkan. Di sistem itu, bisa diketahui jarak rumah siswa dengan sekolah.

Rasanya, cara tersebut perlu direplikas­i pemkab/pemkot yang lain. Setidaknya agar PPDB tidak membuat repot di belakang hari. Jangan lagi masyarakat jadi korban. Segera wujudkan rekrutmen siswa baru yang berkeadila­n.

 ?? ILUSTRASI CHIS/JAWA POS ??
ILUSTRASI CHIS/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia