Jawa Pos

Teror Euforia Ringhio Starr

-

GENOA, Jawa Pos – Hidup Napoli Gennaro Gattuso di Napoli berubah 180 derajat kurang dari sepekan dari yang semula penuh hujatan menjadi banjir pujian. Itu dipicu dua kemenangan krusial melawan Lazio pada perempat final Coppa Italia (22/1) dan Juventus pada giornata ke-21 Serie A (27/1). Padahal, sejak menggantik­an Carlo Ancelotti per 11 Desember 2019, Gattuso hanya menang dua kali dalam enam pertanding­an sebelum kemenangan atas Lazio dan Juve.

Pertanyaan­nya, bisakah Ringhio Starr –julukan Gattuso di Napoli– mempertaha­nkan konsistens­i performa Partenopei? Hal itulah yang gagal ditunjukka­n dua pelatih sebelumnya, Ancelotti dan Maurizio Sarri.

Kegagalan Carletto –julukan Ancelotti– masih segar dalam ingatan

tifosi Napoli. Sempat berada di empat besar hingga giornata kesembilan, peringkat Napoli terus melorot hingga menyentuh posisi ke-11 karena tak pernah menang mulai

giornata ke-10 hingga giornata ke15. Hasil itulah yang membuat Ancelotti dipecat.

Sarri lebih fenomenal. Pelatih yang kini menangani Juve itu bahkan dua kali mengantark­an Napoli menjadi campione

d’inverno alias juara paro musim pada musim 2015–2016 dan 2017–2018. Tetapi, di akhir musim selalu gagal menjadi juara dan hanya puas sebagai runner-up.

’’Kami belum melakukan apa-apa (dengan kemenangan melawan Lazio dan Juve, Red). Kami harus tetap bekerja ekstrakera­s dan melanjutka­n semua proses yang sudah dibangun sejauh ini,’’ ucap

Gattuso kepada Sky Sport Italia.

Wajar pelatih 42 tahun itu memperinga­tkan Lorenzo Insigne dkk agar tidak jemawa setelah performa super dalam dua laga terakhir. Meski, lawan

ALBERTO PIZZOLI/AFP mereka pada giornata ke-22 dini hari nanti adalah Sampdoria (si

aran langsung RCTI/RCTI+/beIN

Sports 1 pukul 02.45 WIB) yang hanya sekali menang dalam lima laga terakhir.

Sebab, ’’bakat’’ inkonsiste­n ternyata juga dimiliki Gattuso. Itu terjadi saat pelatih asal Italia tersebut melatih AC Milan pada 2017–2019. Dalam dua musim tersebut, Gattuso sempat membawa Rossoneri tak terkalahka­n dalam 10 giornata beruntun pada tengah musim. Tetapi, di akhir musim dia tetap gagal memenuhi target untuk finis empat besar alias tampil di Liga Champions.

Apalagi, performa tandang Napoli musim ini juga buruk. Bagaimana tidak, dari 13 pertanding­an di kandang lawan, Napoli hanya merasakan tiga kemenangan. Itu diperparah dengan performa lini belakang Napoli yang rawan dibobol saat tandang. Total, gawang Napoli sudah bobol 18 kali dari total 33 kebobolan di semua ajang.

Sementara itu, penampilan Sampdoria di Stadio Luigi Ferraris cukup stabil. Mereka hanya menelan empat kekalahan dari 11 pertanding­an di stadion berkapasit­as 36.600 tempat duduk tersebut.

Penampilan rival sekota Genoa tersebut juga lebih baik ketika Claudio Ranieri menjadi suksesor Eusebio Di Francesco per 12 Oktober 2019. Pelatih 68 tahun itu hanya kalah enam kali dari 16 pertanding­an bersama Sampdoria.

’’Mereka (Napoli, Red) menemukan spirit baru bersama Gattuso (setelah dua kemenangan atas Lazio dan Juve). Tetapi, kami punya bantuan dari tifosi untuk meredam mereka,’’ ujar pelatih yang membawa Leicester City kampiun Premier League musim 2015–2016 itu.

 ??  ??
 ??  ??
 ?? ANDREAS SOLARO/AFP ??
ANDREAS SOLARO/AFP

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia