Jawa Pos

Usulkan Tempat Parkir Air Tiap Rumah atau RT

-

PEMKOT memiliki 204 mesin pompa yang tersebar di 59 rumah pompa seluruh Surabaya. Saluran dan boezem sudah dibersihka­n dan diperlebar. Namun, upaya itu ternyata belum bisa mengatasi genangan akibat curah hujan tinggi dalam tiga hari terakhir. Pakar perencanaa­n wilayah dan kota (PWK) Institut Teknologi

Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Adjie Pamungkas menilai pemkot tidak akan bisa mengatasi banjir sendirian

J

”Usul saya, warga bisa membantu pemkot membuat tempat parkir air,” ujar Kepala Jurusan (Kajur) PWK ITS itu kemarin (2/2). Parkir air yang dia maksud adalah menandon sementara air hujan. Kedengaran­nya memang sepele. Namun jika dilakukan secara serempak dan kompak, hal itu bisa membantu pemkot dalam mengatasi persoalan genangan.

Ada lebih dari 600 ribu bangunan di Surabaya. Mayoritas adalah bangunan rumah tinggal. Jika setiap rumah mampu menampung air, ada dampak signifikan yang bisa membantu pemkot. Jika tidak bisa satu rumah satu penampunga­n, minimal satu RT atau satu kampung bisa membuat tempat parkir air hujan komunal.

Cara itu sudah diterapkan pemkot kepada pengembang baru yang mengurus perizinan. Terutama gedung tinggi di atas delapan lantai. Mereka harus membuat tampungan air hujan. ”Intinya, air itu tidak langsung ke saluran kota,” lanjutnya.

Selain itu, dia mengusulka­n agar pulau jalan dibuat lebih rendah dari aspal seperti di jalan tol. Saat air meninggi, pulau jalan tersebut bisa menjadi tampungan air sementara. ”Seperti di jalan tol yang ada rumputnya itu,” katanya.

Pembuatan biopori juga menjadi salah satu cara untuk menangani persoalan genangan. Namun menurut Adjie, cara itu sangat tidak cocok untuk area Surabaya. Sebab, muka air tanah di sebagian besar wilayah kota sudah jenuh. Digali sedikit saja, sudah keluar air. ”Apalagi untuk wilayah Surabaya Timur,” jelasnya.

Selain muka air tanah yang dangkal, ada faktor intrusi air laut yang meresap ke bawah tanah. Wilayah Surabaya Timur terdampak intrusi itu karena kawasannya berbatasan dengan pantai timur Surabaya (pamurbaya). Jika biopori dibangun di sana, upaya tersebut tidak akan membawa dampak besar.

Biopori bisa dibuat di kawasankaw­asan yang lebih tinggi. Misalnya, Mayjen Sungkono, Bangkingan, atau Gunungsari. Muka air tanah di kawasan tersebut masih mungkin untuk menampung air yang masuk lewat biopori.

Yang tidak kalah penting, dia mengajak masyarakat untuk tidak membuang sampah sembaranga­n. Saat hujan, sampahsamp­ah itu menumpuk di saluran-saluran kota. ”Selama masih buang sampah sembaranga­n, ya jangan harap tidak banjir,” katanya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia