Isi Liburan dengan Kelilingi Tempat Bersejarah
SURABAYA, Jawa Pos – Rainer El Haq Aleheri ingin mengisi liburan dengan kegiatan edukatif. Karena itu, bersama delapan teman sebayanya, dia mengunjungi sepuluh destinasi wisata sejarah di Surabaya kemarin (2/2). Salah satunya Gedung Nasional Indonesia (GNI) dan Museum dr Soetomo, Bubutan.
Ditemani orang tuanya, yaitu Erika Palupi, 43; dan Heri Cahyono, 44; bocah 11 tahun itu terlihat sangat bersemangat. Satu per satu zona ruangan bersejarah di lokasi tersebut dihampiri. Apalagi saat di ruang penyimpanan peralatan medis atau kedokteran milik dr Soetomo di lantai 2.
Interaksi dengan tour guide bernama Arizky Amelia pun tercipta. Beberapa kali bocah-bocah itu bertanya saat ada alat yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Rainer mengaku sangat menyukai sejarah. Sebenarnya, berkunjung ke tempat bersejarah di Surabaya sering dilakukan bersama keluarganya. Namun, bersama teman sebayanya baru kali ini.
”Jalan-jalan bersama beberapa teman sekelas baru pertama kali,” kata siswa kelas IV, SDN Pucang IV Sidoarjo, itu. Tur bersama tersebut bukan tanpa alasan. Rainer mempunyai tugas untuk membuat kalender beserta karya tulis terkait dengan aktivitas kesehariannya.
Museum dr Soetomo merupakan tempat ketiga yang dikunjungi. Sebelumnya, mereka berkunjung ke Patung Joko Dolog dan Patung Suroboyo. ”Baru tiga tempat saja sudah tahu akan menulis apa. Salah satunya kisah dr Soetomo,” kata bocah yang mempunyai hobi bermain sepak bola itu.
Erika Palupi selaku orang tua Rainer sangat mendukung keinginan anaknya untuk mempelajari sejarah Indonesia. Apalagi Surabaya dikenal sebagai kota segudang kisah sejarah terkait dengan perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia.
Ada sepuluh destinasi. Antara lain, Patung Joko Dolog, Patung Suroboyo, Gedung Nasional Indonesia, makam W.R. Supratman, rumah lahir Soekarno, rumah Roeslan Abdulgani, Omah Resolusi Jihad, Keraton Suroboyo, dan Tugu Pahlawan.
Erika menilai sepuluh destinasi itu memiliki cerita yang berkaitan satu sama lain. ”Kami ingin tracking satu-satu, tidak mau dipecah. Sehingga ceritanya nyambung. Misalnya, Patung Joko Dolog bercerita tentang kertanegara. Mengenai Kerajaan Singosari, lalu Majapahit yang berkecimpung dalam perjuangan bangsa ini yang berakhir pada Tugu Pahlawan,” paparnya.