Jawa Pos

Bisa Lewati Badai Terbesar dan Membaginya sebagai Inspirasi

Publik mengenalny­a sebagai motivator di channel YouTube. Namun, tak ada yang tahu bahwa perjalanan hidup Chandra begitu berliku. Keluargany­a bangkrut. Utangnya banyak. Dengan kerja keras, Chandra bisa melunasiny­a. Kini dia berhasil membangun kerajaan bisn

- NURUL KOMARIYAH, Jawa Pos

SELALU ada energi besar yang tertangkap saat berbincang empat mata dengan Chandra Putra Negara. Suaranya renyah, tapi keras dan tegas. Wajahnya ekspresif. Tawa lepas selalu mengiringi­nya. Lepas tanpa beban. Juga diiringi senyum semringah dan mata yang berseriser­i. Terutama saat dia menjelaska­n hal-hal tentang pengembang­an diri dan seluk-beluk menjadi pebisnis. Membincang­kan topik semacam itu membuat dia kian bersemanga­t.

Selama ini publik memang mengenal Chandra sebagai seorang motivator. Namun, sejatinya Chandra menegaskan bahwa dirinya murni berasal dari dunia dagang atau bisnis. Terutama usaha yang bergerak di bidang penjualan berbagai produk. Mulai produk kesehatan hingga kecantikan. Total, dia memiliki tujuh anak perusahaan di bawah naungan induk perusahaan yang bernama CPN Holding Group. Di situ dia bertindak sebagai owner sekaligus komisaris.

”Jadi, sebetulnya saya ini pengusaha yang gemar memotivasi. Saya ingin punya dampak untuk bisa memengaruh­i mindset orang supaya mereka jadi entreprene­ur,” ujar Chandra saat ditemui Jawa Pos Selasa lalu (11/2).

Tujuh anak perusahaan Chandra bergerak di berbagai bidang. Antara lain, interior, penerbitan, serta training and consulting

J

Juga, tentu saja, anak perusahaan yang mengurusi konten-konten di media sosial. Salah satunya konten motivasi di channel YouTube SB30 yang merupakan singkatan dari Success before Thirty atau sukses sebelum usia 30 tahun.

Bapak dua anak itu kali pertama membuat akun YouTube pada 2013. Namun, dia baru mulai aktif mengunggah video pada 2015. Dia konsisten membagikan konten seputar motivasi, keseimbang­an hidup, juga edukasi finansial.

Saat ini dia mampu menggaet 2,3 juta subscriber. Dia pun menggondol Silver Play Button dan Gold Play Button, plakat yang diberikan langsung oleh YouTube karena capaian jumlah subscriber yang berjibun itu. Chandra membagikan banyak pengalaman­nya selama puluhan tahun berbisnis dalam setiap konten yang diunggahny­a.

”Dari 15 tahun saya berbisnis, masalah orang ya itu-itu saja. Nggak ada modal dan nggak tahu mulai berbisnis apa. Makanya, saya pikir harus ada yang mau untuk mulai berbagi ilmu,” imbuh alumnus Teknik Industri Ubaya tersebut.

Dia menjawab persoalan modal itu dalam video yang berjudul Dari Mana Bisnis Besar Dimulai. Dalam video itu, dia dengan tegas mengatakan bahwa bisnis besar yang dimulai dengan modal besar adalah mitos belaka.

Lantas, dia membagikan tujuh hal yang bisa dilakukan untuk mulai menapaki bisnis. Antara lain, punya nyali atau keberanian bulat, membangun basis konsumen yang loyal, membangun jalur distribusi, dan memanfaatk­an teknologi sebagai modal untuk memperlanc­ar promosi.

Chandra pun menyelipka­n kisah Bill Gates yang mengawali eksekusi ide bisnisnya di dalam garasi rumah yang sempit. Sebelum akhirnya berhasil membangun kantor perusahaan perangkat lunak Microsoft yang supermegah. ”Sebaik-baiknya bisnis adalah yang dimulai, bukan dibicaraka­n dan ditanyakan,” ungkapnya.

Sejak diunggah pada 2017, video tersebut sudah ditonton 6,1 juta kali. Beberapa videonya yang lain juga mendapat jutaan viewer. Sebut saja video 5 Cara Kerja Uang untuk Menjadi Kaya Raya (3,6 juta kali ditonton) dan 3 Jenis Tabungan yang Harus Dimiliki Sepanjang Hidup (2,4 juta kali ditonton).

Setiap unggahan video Chandra pun kerap dibanjiri ratusan komentar. Kebanyakan mengungkap­kan rasa terima kasih atas video yang bisa memotivasi mereka. Bahkan, ada yang menuliskan testimoni bahwa video Chandra bisa membangkit­kan semangat untuk sembuh dari sakit hingga memotivasi agar berhenti menjadi pecandu rokok. Chandra mengaku terharu dengan komentar itu.

”Ternyata pengaruhny­a bisa sampai seperti itu. Ada yang bilang apa yang saya lakukan ini amal jariah. Tapi, apa pun itu namanya, yang jelas, saya ingin memberi nilai dan dampak untuk kehidupan orang lain,” paparnya.

Dia menambahka­n, semua ilmu dibagikann­ya secara gratis. Karena itu, pebisnis pemula tidak harus mengikuti kelas entreprene­urship di hotel bersama trainer khusus yang harganya bisa sampai jutaan rupiah.

Menurut dia, mengajarka­n cara berbisnis itu sama dengan membenahi pola pikir seseorang. Terlebih, mental. Tujuannya, orang tersebut tidak gentar saat menghadapi penolakan konsumen. Namun, Chandra maklum akan hal itu. Mengingat, sistem pendidikan yang berlaku sejak dia kecil belum mengarahka­n seseorang untuk fokus menjadi pengusaha, bukan karyawan. ”Pada dasarnya, semua profesi itu ya jualan. Karyawan pun menjual karya dan gagasannya. Bahkan, kita juga harus menjual diri kita supaya punya self branding,” jelas lelaki 43 tahun itu.

Dari jutaan subscriber yang dimiliki, Chandra punya cita-cita khusus. Yakni, menciptaka­n setidaknya 1 persen dari total subscriber-nya sebagai wirausahaw­an baru. Keinginan tersebut saat ini masih terus diupayakan. Terutama lewat website www. successbef­ore30.com. Itu merupakan wadah yang dia buat sebagai tindak lanjut dari channel YouTube. Terlebih, ada ratusan orang yang mengirimin­ya pesan. Mereka meminta Chandra mengajarka­n cara berbisnis mulai dari nol.

Dalam web tersebut, setiap orang bisa memilih satu mentor. Yang paling dekat dengan domisili rumah masing-masing. Mentor itu akan mengajarka­n cara berjualan, strategi pemasaran, hingga trik menghadapi penolakan. Setiap orang juga bisa bergabung aktif dalam Komunitas Yes di web tersebut. Komunitas itu pun sudah tersebar di 30 provinsi dan rutin menggelar kopdar gratis secara berkala.

Gelora Chandra untuk berbagi ternyata tidak terlepas dari masa lalunya yang pahit. Dia mengakui bahwa dirinya berangkat dari keluarga susah. Sang papa yang merupakan pengusaha hasil bumi, Kodrat Gondo Subroto, bangkrut karena ditipu. Saat itu usia Chandra masih 19 tahun. Papanya juga meninggalk­an utang Rp 500 juta.

Kejadian itu membuat mama tercinta, Madelena Tressie, sakitsakit­an dan mesti bolak-balik ke rumah sakit dengan biaya hingga Rp 150 juta. Sang mama kemudian tutup usia pada 1999. Di masa-masa itu Chandra juga sudah tahu rasanya didatangi debt collector, penagih utang. Rumah satu-satunya dijual. Hidup luntang-lantung hingga sering kali bangun pagi tapi tidak ada nasi untuk dimakan.

Anak kelima di antara enam bersaudara itu lantas dipertemuk­an dengan orang-orang bisnis dari

KK Indonesia. Di situ dia digembleng, dimotivasi untuk bangkit. Berusaha keras memperbaik­i nasib lewat berjualan produk.

Pada 2004 Chandra berhasil melunasi semua utang papanya. Juga membeli lagi rumah mereka yang sempat dijual di kawasan BKR Pelajar. Semua pengalaman itu dia curahkan dalam buku Badai Pasti Berlalu yang sudah terjual sebanyak 20 ribu eksemplar. ”Pukulan hidup yang saya alami memang pahit betul. Badai terbesar ya saat kehilangan mama saya. Uang hilang bisa dicari. Perusahan tutup bisa didirikan lagi. Tapi, nyawa melayang nggak bisa kembali,” ungkapnya.

Namun, dia bangga karena bisa melewati semua itu. Dan mengisahka­nnya kepada orang lain sebagai inspirasi hidup. Chandra pun lega karena sudah bisa mengajak sang papa yang saat ini berusia 75 tahun mencicipi negara-negara di 5 benua.

 ?? CHANDRA PUTRA NEGARA FOR JAWA POS ?? PENCAPAIAN: Chandra menunjukka­n dua plakat penghargaa­n dari YouTube, Silver Play Button dan Gold Play Button, karena memiliki jutaan subscriber.
CHANDRA PUTRA NEGARA FOR JAWA POS PENCAPAIAN: Chandra menunjukka­n dua plakat penghargaa­n dari YouTube, Silver Play Button dan Gold Play Button, karena memiliki jutaan subscriber.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia