Dewan Inspeksi Proyek Garling
GRESIK, Jawa Pos – Pembangunan landmark baru berupa Gardu Suling (Garling) di perempatan Gedung Nasional Indonesia (GNI) mendapat sorotan dari dewan. Kemarin (13/2) sejumlah anggota Komisi III DPRD Gresik menginspeksi proyek yang dibangun dari dana corporate social responsibility (CSR) itu.
Sekretaris Komisi III DPRD Gresik Abdullah Hamdi menyatakan, sesuai ketentuan, dana CSR tidak hanya untuk membangun proyek-proyek fisik. ”Memang hak pemerintah memanfaatkan bantuan untuk apa, tapi yang perlu diingat adalah masih banyak fasilitas umum atau fasilitas sosial yang bisa dikerjakan,” ujarnya.
Sebagai wakil rakyat, lanjut Hamdi, sebetulnya pihaknya ingin dana CSR dari perusahaan-perusahaan di Gresik digunakan untuk program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Misalnya, membeli alat berat untuk mengeruk sungai di kawasan kota. Lalu, mobil air untuk membantu petani saat kekeringan dan sejenisnya. ”Jadi, dampaknya sangat terasa,” kata politikus PKB itu.
Dari informasi yang didapat, dana pembangunan landmark Garling tersebut nyaris mencapai Rp 1 miliar. Yang mengherankan, monumen Garling yang asli di Jalan Raden Santri justru tidak terurus. ”Kok malah bikin monumen Garling tandingan,” tambah Lutfi Dawam, anggota Komisi III DPRD Gresik.
Eksekutif mesti belajar dari pembangunan landmark Gajah Mungkur di perempatan Sukorame. Tujuannya mempercantik wajah kota, tetapi malah jadi bahan cemoohan. ”Kalau ingin memiliki ikon kota, pemerintah bisa mengoptimalkan perawatan dan publikasi cagar budaya yang ada. Di Gresik banyak heritage,” ungkap politikus Gerindra itu.
Sementara itu, Asisten II (Bidang Perekonomian dan Pembangunan) Pemkab Gresik Ida Lailatus Sa’diyah menjelaskan, pembangunan landmark Garling sudah melalui berbagai kajian. Termasuk belajar dari landmark Gajah Mungkur yang menjadi sorotan masyarakat. Pihaknya berharap setelah pembangunan selesai, tidak ada polemik lagi soal landmark. ”Konsep hasil kaji ulang sudah selesai. Tinggal proses pembangunannya yang masih berjalan,” terangnya.
Ida menjelaskan, landmark Garling tersebut diproyeksikan menjadi replika Garling yang asli. ”Jadi, kami ambil sesuai fungsinya. Yakni, sebagai penanda waktu salat. Sekaligus menandakan Gresik sebagai Kota Santri,” ujarnya.