Kurangi Kuota Tiga SMA Surabaya
Tahun Lalu 40 Siswa Mundur Jalur SNMPTN di UPN Veteran Jatim
SURABAYA, Jawa Pos – Pendaftaran jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) dibuka hari ini. PTN mengingatkan siswa agar tidak sekadar coba-coba saat mendaftar. Sebab, banyak siswa yang mundur ketika sudah diterima SNMPTN. Hal itu akan berisiko pada pengurangan kuota sekolah asal.
Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur Prof Akhmad Fauzi berharap para siswa yang eligible atau layak mendaftar SNMPTN tidak sekadar coba-coba. Jika diterima, mereka harus memasukinya. Sebab, hal itu akan jadi pertimbangan PTN untuk SMA bersangkutan pada pelaksanaan SNMPTN tahun berikutnya. ’’Sudah ada SMA yang masuk daftar pengurangan kuota karena tahun lalu muridnya mundur tanpa alasan yang kuat,” ujarnya.
Saat ini, UPN telah mengevaluasi pendaftaran dan setahun pelaksanaan SNMPTN. Berdasar data tahun lalu, ada 38–40 calon mahasiswa baru (camaba) yang mundur setelah diterima SNMPTN. Selain itu, kampus yang berlokasi di kawasan Gunung Anyar tersebut telah mencatat, tiga SMA di Surabaya masuk daftar pengurangan kuota. ’’Bagi yang sudah diterima, kampus itu harus dimasuki. Kasihan pada SMA dan adik tingkatnya yang terkena imbas,” tuturnya.
Fauzi menjelaskan, tahun lalu yang mendaftar ke UPN sekitar 42 ribu orang. Namun, kuota yang disediakan hanya 3.600 orang. Artinya, hanya 10 persen yang bisa ditampung UPN. ’’Tahun ini, kami membuka 4.200 kuota. Jumlah itu kurang lebih hanya 10 persen dari total yang mendaftar di UPN,” ujarnya.
Karena itu, Fauzi mengimbau seluruh siswa agar benar-benar memilih prodi dan PTN yang diminati. Jangan sekadar ikutikutan. Sebab, bagi siswa yang telah diterima SNMPTN, mereka tidak bisa ikut jalur seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN). ’’Tahun ini kan sudah menggunakan single sign on. Jadi, siswa sudah tidak bisa cobacoba lagi,” katanya.
Fauzi menuturkan, berdasar hasil evaluasi setahun terakhir, mahasiswa yang diterima jalur SNMPTN dan SBMPTN tidak memiliki masalah dalam hal akademik. Rata-rata IPK mereka di atas 3,00.