Didominasi Kasus Kekerasan Seksual
Data LPA tentang Perkara Kekerasan pada Anak
SURABAYA, Jawa Pos– Surabaya menjadi peringkat pertama di Jawa Timur (Jatim) yang memiliki kasus kekerasan terhadap anak paling banyak. Kasusnya pun beraneka ragam. Mulai kekerasan fisik, seksual, hingga penelantaran.
Data tersebut dihimpun Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim mulai tahun lalu hingga Januari lalu. Terdapat 101 kasus kekerasan anak di Surabaya. ’’Kalau dibandingkan dengan kota lainnya, Surabaya berada di peringkat pertama,’’ ucap Sekretaris
LPA Jatim M. Isa Ansori kemarin siang (13/2).
Sepanjang tahun lalu, terdapat 97 kasus kekerasan anak. Bulan lalu sudah ada empat kasus. Isa menuturkan, kasus kekerasan seksual mendominasi. ’’Jumlahnya sekitar 40 persen,’’ ujarnya.
Dia lantas mencontohkan kasus bulan lalu. Dari empat kasus yang dilaporkan, tiga di antaranya merupakan kekerasan seksual. ’’Satu kasus lainnya adalah penganiayaan,’’ tuturnya. ’’Yang bikin miris, satu tersangka kasus kekerasan seksual masih di bawah umur. Yakni, usia 12–15 tahun. Persentasenya berkisar 20 persen,’’ lanjutnya.
Hal tersebut disebabkan derasnya sumber informasi dari internet. Apalagi, kurang ada
filter dari keluarga. Karena itu, konten negatif bisa mudah terakses. Menurut Isa, jumlah pelaku lebih tinggi daripada korban. ’’Sebab, saat kejadian, mereka sering melakukannya dengan bergerombol,’’ ucapnya.
Berdasar data yang dihimpun LPA, sebagian besar kekerasan pada anak terjadi di rumah dan sekolah. Tersangkanya pun merupakan orang terdekat korban. ’’Seperti kasus kekerasan seksual pada Januari lalu. Semua dilakukan di rumah. Tersangkanya adalah bapak tiri, pacar, dan tetangga korban,’’ jelasnya.
Mayoritas pelaku kekerasan anak merupakan orang terdekat korban. Karena itu, korban bisa diperdaya tersangka. ’’Bila kejadiannya di sekolah, pelaku bisa teman atau guru korban,’’ ucapnya.
Jenis kekerasan lain yang kerap terjadi ialah perebutan anak. Kasus tersebut biasanya terjadi pada keluarga yang broken home. Begitu juga anak yang ditelantarkan. Isa mengungkapkan, masalah kekerasan pada anak perlu perhatian banyak pihak. Termasuk lingkungan sekitar. ’’Beruntung, partisipasi warga di Surabaya tinggi. Dengan begitu, setiap ada kejadian, mereka langsung melapor,’’ katanya.
Secara kuantitas, kasus kekerasan anak menurun daripada tahun lalu. Namun, kualitasnya justru meningkat. ’’Bisa mengancam hingga menghabisi nyawa,’’ ujarnya.