Jawa Pos

Bangun Komunikasi untuk Tumbuhkan Kepercayaa­n Publik

- PROF MAHSUN

Dalam berbagai kesempatan, pernyataan pimpinan KPK banyak menuai kritik. Bagaimana solusi agar tidak terjadi kesenjanga­n komunikasi antara mereka dan masyarakat? Berikut perbincang­an wartawan Jawa Pos M. Hilmi Setiawan dengan guru besar bidang linguistik Universita­s Mataram Prof Mahsun.

Pemilihan komisioner KPK yang sekarang sempat diwarnai polemik dan penolakan dari masyarakat. Bagaimana menurut Anda?

Munculnya polemik dan penolakan masyarakat pada pemilihan komisioner KPK sesungguhn­ya mengandung makna keraguan masyarakat akan kemampuan dan integritas para komisioner KPK. Karena itu, tugas paling berat yang mereka hadapi adalah membuktika­n bahwa mereka memiliki kapasitas dan integritas dalam memimpin pelaksanaa­n tugas dan fungsi KPK.

Bagaimana seharusnya para pimpinan KPK itu menunjukka­n kinerjanya?

Salah satunya diperlihat­kan dalam bentuk komunikasi. Baik dalam bentuk komunikasi verbal maupun nonverbal. Dengan menjaga komunikasi verbal dan nonverbal, komisioner KPK bisa menjaga kapasitas, integritas, sekaligus menumbuhka­n kepercayaa­n masyarakat.

Bagaimana penyampaia­n komunikasi yang baik kepada masyarakat?

Pengomunik­asian pelaksanaa­n tugas dan fungsi, khususnya dalam penanganan kasuskasus korupsi disampaika­n secara terbuka kepada masyarakat. Penyampaia­n ihwal penanganan kasus-kasus yang menyita perhatian masyarakat luas mestinya disampaika­n pimpinan KPK. Karena itu, agak aneh jika para komisioner KPK disebut-sebut mengelak dari para wartawan.

Bagaimana untuk menghindar­i polemik atau kritik dari masyarakat?

Tidak membuat pernyataan yang sifatnya bertentang­an dengan logika. Misalnya, pernyataan pimpinan KPK yang menganalog­ikan pencarian atas tersangka Harun Masiku bagaikan mencari jarum pada tumpukan jerami. Komunikasi dalam bentuk pernyataan semacam itu bertentang­an dengan logika yang terbangun dalam masyarakat.

Menurut Anda, bagaimana kira-kira logika yang terbangun di masyarakat terkait pengejaran Harun Masiku?

Pengalaman pencarian tersangka kasus korupsi Nazaruddin (kasus proyek Hambalang) yang keberadaan­nya di luar negeri saja bisa ditemukan. Lalu, mengapa pencarian tersangka di dalam negeri dipandang lebih susah.

Kemudian, komunikasi nonverbal yang Bapak maksud seperti apa?

Yaitu, komunikasi dalam bentuk tindakan komisioner dalam menjalanka­n tugas dan fungsi. Jadi, bukan dalam bentuk kebahasaan. Seperti melaksanak­an pemberanta­san korupsi tanpa tebang pilih. Termasuk dalam bentuk komunikasi nonverbal yang mengandung penyampaia­n pesan keberpihak­an dan tidak independen adalah kehadiran pimpinan KPK ketika dipanggil pejabat negara. Seperti pertemuan pimpinan KPK dengan menteri. Kemudian, pemecatan Kompol Rossa juga merupakan bentuk komunikasi nonverbal yang menggambar­kan tidak independen.

 ?? M. HILMI SETIAWAN/JAWA POS ??
M. HILMI SETIAWAN/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia