Blunder yang Berakibat Fatal
Tapi, Peluang ke Uber Masih Ada
MANILA, Jawa Pos – Hanya keajaiban yang bisa membantu tim putri Indonesia mengalahkan Jepang di perempat final Badminton Asia Team Championships (BATC) 2020, dan itu tidak terjadi. Dalam laga di Rizal Memorial Coliseum kemarin, Gregoria Mariska Tunjung dkk kalah telak 0-3. Kita memang kalah kelas. Memaksakan rubber game pun tak bisa. Semua yang bertanding dihajar straight games.
Chef de Mission Tim Indonesia Achmad Budiharto prihatin atas kekalahan tersebut. Indonesia mengulang hasil buruk BATC edisi perdana, yang juga hanya sampai perempat final. ’’Tapi, secara peringkat dan kelas, kami memang masih di bawah Jepang,’’ kata Budi, sapaan akrabnya, seperti dikutip dari siaran pers PP PBSI.
Jika dirunut ke belakang, kekalahan itu adalah buntut blunder PBSI di laga terakhir fase grup. Melawan tim kuat Thailand, Greysia Polii tidak diturunkan. Apriyani Rahayu malah dipasangkan dengan Ni Ketut Mahadewi Istarani. Padahal, lawan mereka adalah Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai, ganda putri nomor satu Thailand. Akibatnya, kita kalah 2-3. Menjadi runner-up grup Y membuat tim Indonesia harus bertemu juara grup. Apesnya, juara grup yang jadi lawan kita adalah Jepang.
Soal itu, Budi mengulang alasan Susy Susanti menurunkan Apri/ Ketut. Yakni, soal hitungan poin Olimpiade. ’’Kami ke sini kan punya dua misi. Pertama, membawa tim lolos ke putaran final Piala Thomas dan Uber 2020. Kedua, kami ingin memberikan kesempatan untuk dapat poin tambahan dan mematangkan persiapan mereka ke Olimpiade,’’ papar Budi. ’’Jadi, memang ada beberapa pertimbangan dalam penurunan pemain,’’ lanjutnya.
Lalu, dengan kekalahan seperti ini, bagaimana peluang ke Piala
Uber? Masih ada. Menurut aturan BWF, banyak kategori yang bisa lolos. Yakni, tuan rumah (Denmark), juara bertahan (Jepang), plus empat semifinalis dari Asia (Jepang, Korea Selatan, Thailand, dan Malaysia). Nah, karena Jepang sudah lolos dengan status juara bertahan, jatah mereka diberikan kepada Tiongkok sebagai tim dengan peringkat tertinggi di Asia.
Nah, ada satu kategori lagi. Yakni, tiga tim dengan peringkat tertinggi yang tidak masuk sejumlah kualifikasi itu. Saat ini tim Indonesia menduduki peringkat ketiga. Jadi, seharusnya aman. Namun, Budi tidak mau memastikan.
’’Kami masih menunggu hasil dari Badminton Asia Confederation (konfederasi bulu tangkis Asia atau BAC, Red) apakah kami lolos ke putaran final Piala Uber. Hasil perhitungan ranking lengkapnya bisa dilihat setelah BATC selesai,’’ ujar pria berkacamata tersebut.
Susy Susanti, manajer tim sekaligus Kabid Binpres PP PBSI, mengungkapkan hal senada. Ketika dihubungi Jawa Pos, dia belum mau berkomentar lebih jauh tentang peluang itu. ’’Tunggu hasil resmi BATC saja,’’ ucapnya.
Jika memang lolos ke Piala Uber, tim putri butuh banyak pembenahan. Terjun di kejuaraan beregu dengan performa seperti kemarin tentu hanya membuahkan kekecewaan. Gregoria, Greysia/Apri, maupun Ruselli Hartawan tampak tak bisa keluar dari tekanan. Gregoria yang menghadapi Akane Yamaguchi kalah 9-21, 15-21.
Di partai kedua, Greysia/Apri yang diharapkan memetik kemenangan pertama juga kalah telak 19-21, 15-21. Sementara itu, Ruselli yang melawan Sayaka Takahashi tumbang 13-21, 14-21. ’’Kami ingin menyumbang angka untuk mempermudah jalan tim, itu sudah pasti. Tapi, lawan yang kami hadapi tidak mudah. Harus banyak perbaikan lagi,’’ tutur Greysia.