Panjang 2,588 Km, Trek Lurus 680 M
JAKARTA, Jawa Pos – Rancangan sirkuit yang dibangun untuk balapan Formula E 2020 di Monas resmi dirilis. Rencananya, sirkuit untuk balapan mobil elektrik itu membentang hingga 2,588 kilometer dengan 12 tikungan. Perinciannya, delapan ke kanan dan empat ke kiri.
Dirut PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Dwi Wahyu Daryoto menuturkan, desain sirkuit Formula E di Jakarta tersebut memungkinkan pembalap untuk memacu kendaraannya hingga kecepatan maksimal 220 kilometer/jam. Itu berdasar data simulasi yang dibuat desainer sirkuit Hermann Tilke.
Kecepatanmaksimaldiperkirakan bisa diraih sebelum tikungan ketujuh. Di sana ada lintasan lurus sepanjang680meteryangterhubung dengan tikungan keenam. Pada kondisi tersebut, pedal gas bisa diinjak sedalam-dalamnya.
Balapan yang berdurasi sekitar 47 menit itu akan digelar pada 6 Juni. Bertepatan dengan hari kelahiran Ir Soekarno, presiden pertama Indonesia. ’’Pengerjaan dilakukan tak lama lagi. Pengaspalan, pembuatan pagar, hingga pembangunan tribun penonton memakan waktu sekitar 3 bulan. Proses terakhir adalah homologasi, semacam sertifikasi yang akan dilakukan dan diberikan langsung oleh pihak FIA (Federation Internationale de l’Automobile),” jelas Dwi dalam konferensi pers di Novotel Cikini, Jakarta, kemarin (14/2).
Dia memastikan pihaknya segera menyelesaikan pembangunan sirkuit. Sebab, sepuluh hari menjelang balapan, bakal ada survei ulang dari FIA.
’’Jadi, sirkuit ini belum disetujui. Homologasinya nanti setelah selesai,” kata Ketua Ikatan Motorsport Indonesia (IMI) Sadikin Aksa. ’’Homologasi itu yang penting (aspalnya) halus dan bariernya (pembatas lintasan) aman untuk balapan. Nggak ada yang terlalu sulit karena ini sirkuit jalan raya,” imbuhnya.
Sadikin menjelaskan, ada dua pilihan yang belum diputuskan Jakpro terkait pengaspalan sirkuit jalan raya yang menggunakan ruas jalan kawasan Medan Merdeka dan Monas. Pertama, pelapisan cobblestone (batu alam) di Monas dengan aspal atau membongkar semuanya, lalu menggantinya dengan aspal baru secara permanen.
’’Dari sisi efektivitas pengerjaan, pelapisan lebih mudah dan cepat. Tapi, untuk membongkarnya, butuh waktu lebih lama. Saat ini pilihan kami adalah pelapisan. Tepatnya di jalur trek, tribun, pit, dan paddock,” terang Dwi.
Pertimbangan itu tidak terlepas dari teknologi yang memungkinkan lapisan aspal dibuat sementara saja untuk kepentingan balapan. Setelah event selesai, itu bisa dilepas kembali sehingga cobblestone kembali seperti semula.