Role-Playing Bikin Siswa Makin Aktif
SURABAYA, Jawa Pos – Suara gemuruh itu berasal dari pengeras suara di sudut ruang kelas TK Gloria 2. Di layar LCD terpampang tulisan Kerajaan Babel. Siswa TK B langsung heboh. Sebab, mereka tahu akan melakukan role-playing.
Sebelum sesi role-playing dimulai, Wenny Metania, guru yang juga Waka Kurikulum di KB-TK Gloria 2, menjelaskan sinopsis penangkapan Raja Babel terhadap Daniel dan beberapa pemuda. ’’Ayo, apakah ada yang kenal siapa Daniel?’’ ujar Wenny dengan nada riang pada anak-anak.
Setelah menjelaskan dengan singkat, Wenny menawarkan setiap peran pada siswa. ’’Siapa ingin jadi raja?’’ ucapnya. Mayoritas siswa serempak mengangkat tangannya. Bahkan, beberapa langsung melompat dari kursinya. ’’Ayo, yang dipilih yang disiplin ya,’’ tambah Wenny.
Metode role-playing sebenarnya bermula dari kebosanan anak-anak terhadap kisah yang diceritakan berulang-ulang. ’’Misalnya, kisah Nuh, Musa. Itu mereka sering dengar juga di Sekolah Minggu,’’ ujarnya. Dengan membuat sesi menyelami peran, siswa jadi lebih bersemangat dan tentu lebih aktif bergerak.
Menurut Wenny, metode tersebut memang sengaja dibuat untuk kelas dengan siswa yang masih malumalu atau kurang aktif. Dengan metode tersebut, antusiasme siswa jadi meningkat dan dapat diukur. ’’Patokannya jika 75 persen dari siswa berpartisipasi aktif, sudah terbilang berhasil,’’ jelasnya setelah melakukan penelitian literasi mengenai metode tersebut.
Bukan hanya siswa yang ikut berperan, melainkan juga siswa yang duduk sebagai penonton. Pertanyaan-pertanyaan detail yang diberikan setelah role-playing menjadi alat ukur untuk memastikan pemahaman siswa di bangku penonton. ’’Yang bisa jawab pertanyaan dengan benar dapat stiker reward, itu bikinmereka semangat juga untuk ikut partisipasi,’ jawabnyasaatditemuikemarin(14/2).
Metode itu bisa dilakukan untuk subjek mata pelajaran lainnya. ’’Dari guru sendiri yang menimbang, lebih pas role-playing atau eksperimen, misalnya,’’ ucap Lifen, kepala KB-TK Gloria 2.