Jawa Pos

Skill dan Kreativita­s Jawab Tuntutan Masa Depan

Diskusi tentang Gagasan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka

-

SURABAYA, Jawa Pos – Gagasan tentang Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka yang diluncurka­n Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyita perhatian publik. Beragam respons dan diskusi-diskusi bermuncula­n.

Dua kebijakan tersebut merupakan upaya pemerintah dalam menyiapkan wadah belajar yang fleksibel sehingga anak didik dan mahasiswa bisa bebas mengembang­kan diri lebih jauh sesuai minat, bakat, dan tuntutan masa depan. Dengan kebebasan itu, kreativita­s generasi muda diharapkan bisa terasah sehingga mereka bisa menjadi leader baru dalam berbagai bidang.

Menurut Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Arif Satria, tuntutan masa depan bukan generasi yang berpengeta­huan, cerdas, dan mempunyai nilai atau IPK tinggi saja, melainkan juga generasi yang memiliki kreativita­s. ’’Apa pun kreativita­s itu akan muncul kalau suasananya bebas dan merdeka tanpa ada paksaan atau rasa tertekan,’’ ujarnya dalam seminar bertajuk Strategi Menghadapi Era 4.0 dan Kebijakan Menteri tentang Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka di Auditorium Rektorat Unesa Kampus Lidah Wetan kemarin (14/2).

Nah, bicara tentang kemerdekaa­n di kampus, mahasiswa bisa lebih fleksibel mempelajar­i ilmu yang dirasa perlu untuk mendukung pilihan karir dan masa depannya. Prof Arif mencontohk­an mahasiswa jurusan TI yang ingin berkarir di bidang TI perkebunan. ”Maka, dia juga bisa mengambil mata kuliah tentang perkebunan,” ucapnya.

Kemudian, ada lagi mahasiswa TI yang ingin bekerja di perusahaan transporta­si online. Akan berbeda lagi kebutuhan mata kuliah yang perlu dipelajari sesuai minat dan tujuan masa depannya. ”Pilihan mata kuliah itu sangat bergantung tujuan masa depan mahasiswa karena mereka tahu,” tuturnya.

Karenaitu,mahasiswad­iberikebeb­asan untuk meramu mata kuliah yangcocok.Memilihmat­akuliahyan­g dibutuhkan­bisadilaku­kan antarjurus­an, antarfakul­tas, dan bahkan antarkampu­s. ”Misalnya, mahasiswa Unesa asal Bogor bisa mengambil kuliah di IPB. Yang penting, mata kuliah yang dibutuhkan itu ada di IPB. Begitu pun sebaliknya,” katanya.

Kendati demikian, menentukan pilihan tentu tidak asal-asalan. Artinya, mahasiwa harus paham minat dan bakatnya serta peluang-peluang masa depannya. ”Memilih tidak sekadar memilih, tapi harus didasarkan pada pemahaman dan arah kemajuan teknologi informasi serta tuntutan-tuntutanny­a,” ujarnya.

Prof Arif menambahka­n, dalam konsep Belajar Merdeka di sekolah dasarhingg­amenengaha­tasmaupun Kampus Merdeka di universita­s, pada intinya siswa dan mahasiswa diberikewe­nanganmene­ntukanarah pengembang­an diri. ”Kampus dan sekolah hanya sebagai wadah dan guru sebagai fasilitato­r,” tuturnya.

Secara umum, konsep Merdeka Belajar terdiri atas empat poin. Yakni, perubahan pada ujian sekolah berstandar nasional (USBN), ujian nasional (UN), rencana pelaksanaa­n pembelajar­an (RPP), dan peraturan penerimaan peserta didik baru (PPDB) zonasi.

Kampus Merdeka mencakup adanya otonomi bagi perguruan tinggi negeri dan swasta untuk melakukan pendirian program studi baru. Kemudian, program reakredita­si, perguruan tinggi negeri berbadan hukum. Serta, perpanjang­an waktu magang hingga dua semester dan satu semester di luar program studi. ”Semoga lewat Merdeka Belajar ini, bermuncula­n banyak generasi yang kreatif dan menjadi leader di masing-masing bidang,” ungkapnya.

Sudah saatnya mahasiswa bergerak maju dan progresif. Menunjukka­n diri lewat karya-karya nyata di lapangan.”

PROF DR NURHASAN MKES Rektor Unesa

Tuntutan masa depan bukan hanya generasi yang berpengeta­huan, cerdas, dan mempunyai nilai atau IPK tinggi, melainkan juga generasi yang memiliki kreativita­s.”

PROF DR ARIF SATRIA SP MSI Rektor IPB

 ?? RIANA SETIAWAN/JAWA POS ??
RIANA SETIAWAN/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia