Jawa Pos

Masih Berkompeti­si Badminton hingga Jelang Pulang

-

CAPTAIN Suyono Suwito cuma punya waktu 24 jam sebelum berangkat ke Wuhan, Tiongkok. Bukan untuk berpikir, melainkan untuk mempersiap­kan diri jelang keberangka­tan dalam misi kemanusiaa­n pemulangan WNI dari kota di Tiongkok yang jadi episentrum wabah Covid-19 itu.

”Cuma sempat pamitan dan minta restu ke keluarga,” katanya

Begitu juga Hartini Efniati Hasibuan, salah seorang pramugari dari maskapai yang sama yang ikut misi tersebut. ”Restu sih nggak terlalu spesifik. Minta doa aja kalau memang kita ditugaskan,” tutur Hartini yang bahkan tidak sempat menanyakan pendapat keluargany­a, boleh berangkat atau tidak.

Total, ada 18 kru dari Batik Air yang berangkat ke Wuhan pada 1 Februari 2020. Suyono menuturkan harus menjalani serangkaia­n tes kesehatan dulu sebelum bertugas sebagai pilot bersama rekannya yang lain, Captain Destyo Usodo.

”Kami dicek kesehatann­ya dulu, dikasih antibodi, dikasih vitamin, malamnya dikarantin­a, paginya berangkat,” ucap Suyono.

Meskipun mendadak, Suyono maupun Hartini mengaku tidak takut ketika ditugaskan. Tapi, tentu saja mereka lega sekali setelah bisa pulang dari Natuna kemarin. Beberapa pramugari bahkan tidak bisa menahan air mata haru karena akhirnya bisa kembali berkumpul dengan teman-teman dan keluarga.

Maklum, mereka dikabari mendadak soal karantina. Kru yang seharusnya sudah bisa langsung kembali setelah menjemput WNI dari Wuhan pada 2 Februari lalu terpaksa berbelok dari Batam menuju Natuna.

”Waktu itu belum ada kejelasan bagi kami di Batam atau Natuna. Tapi, akhirnya kami ke Natuna dan agak terkejut,” ungkap Destyo kemarin.

Namun, Destyo menegaskan, sejak sebelum berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, satu tim sudah berkomitme­n, apa pun yang diminta negara akan mereka jalankan. Termasuk jika diminta untuk ikut dikarantin­a di Natuna.

Dia bersyukur karena selama berada di Natuna mendapat fasilitas yang memadai dan tidak kekurangan kegiatan. Kru berbaur dengan satgas dari TNI Angkatan Udara serta WNI lain.

”Tiga–empat hari awal mungkin masih malu-malu, tapi setelah itu mencair karena kami senasib sepenanggu­ngan, jauh dari mana-mana,” kenang Destyo.

Sampai kepulangan kemarin pun, para kru Batik Air tersebut berjanji terus menjaga komunikasi dengan kru lain dari satgas kementeria­n terkait dan TNI.

Hartini mengaku, selama dua minggu berada di Natuna, dirinya sama sekali tak bosan. Sebab, dia secara rutin ikut kegiatan yang ditujukan untuk menjaga kesehatan semua kru dan WNI. Olahraga di pagi dan sore hari, menyanyi bersama, acara ramah-tamah, bahkan lomba. ”Sampai kemarin kami masih berolahrag­a. Dan, ada kompetisi seperti badminton,” ungkapnya.

Pemulangan WNI dari Wuhan akibat Covid-19 itu merupakan misi yang baru bagi mereka. Bahkan, Hartini mengakui, barangkali itu adalah kesempatan sekali seumur hidup untuknya. Juga merupakan suatu kebanggaan karena bisa membantu sesama WNI yang membutuhka­n. Dia menganggap­nya sebagai ibadah dan kesempatan untuk bisa menolong orang lain yang benar-benar kesulitan karena Covid-19.

Suyono sebelumnya juga ikut misi kemanusiaa­n ke Vietnam. Namun, pemulangan WNI dari Wuhan kali ini benar-benar berbeda dan membuatnya lebih terharu. ”Saat ke Vietnam dulu, kami menerbangk­an pesawat yang membawa bantuan. Jadi, kasusnya beda karena yang kali ini kami bawa manusia,” tuturnya.

Sebanyak 18 kru Batik Air ikut kembali ke Jakarta bersama Satgas Bravo TNI-AU dan sejumlah WNI melalui Bandara Halim Perdanakus­uma kemarin. Mereka disambut jajaran direksi Lion Air Group di Lion Simulator, Jakarta Timur. Presiden Direktur Lion Group Edward Sirait, Dirut Lion Group Ahmad Lutfi, dan Managing Director Lion Group Daniel Putut Kuncoro Adi turut serta dalam penyambuta­n tersebut. ”Tentunya saya berharap kalian mendapatka­n sesuatu yang monumental sebagai penghargaa­n dari perusahaan,” ungkap Edward kepada para kru.

Sementara itu, Dyoko Rahmatulla­h, peserta observasi dari Surabaya, melalui video yang dikirimkan oleh Kepala Pusat Krisis Kemenkes Budi Sylvana menceritak­an bahwa dirinya senang selama berada di tempat observasi. ”Pokoke jempol,” ucap dia.

Dia merasa bahwa semuanya terjamin. Bahkan, hidupnya lebih tertata. Setiap pukul 07.00 pasti senam. Lalu dilanjutka­n dengan berbagai kegiatan seperti pelatihan kebencanaa­n. ”Makan siangnya terjamin,” ucapnya. Lalu, sore hari biasanya lari.

Padatnya kegiatan di tempat observasi membuat dia tak merasa bosan. Bahkan, dia juga sering karaoke. ”Matur nuwun Kemenkes, TNI, dan KBRI yang sudah bantu evakuasi,” ungkapnya.

 ?? HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS ?? SELAMAT DATANG: Sejumlah keluarga dari peserta observasi di Natuna mengangkat tulisan ”Welcome Home” di Bandara Halim Perdanakus­uma, Jakarta, kemarin (15/2). Kemarin para peserta observasi bisa pulang setelah 14 hari dikarantin­a.
HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS SELAMAT DATANG: Sejumlah keluarga dari peserta observasi di Natuna mengangkat tulisan ”Welcome Home” di Bandara Halim Perdanakus­uma, Jakarta, kemarin (15/2). Kemarin para peserta observasi bisa pulang setelah 14 hari dikarantin­a.
 ?? HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS ?? SELESAI BERTUGAS: Kru Batik Air yang ikut misi kemanusiaa­n di kantor Lion Air Group, Jakarta, kemarin.
HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS SELESAI BERTUGAS: Kru Batik Air yang ikut misi kemanusiaa­n di kantor Lion Air Group, Jakarta, kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia