Jawa Pos

Bebek Goreng, Bakso, Kuliah Online

-

SYUKURAN kecil-kecilan sudah disiapkan Sudarso dan Yenin. Itu bentuk kegembiraa­n suami-istri yang bermukim di Gresik, Jawa Timur, tersebut karena akhirnya bisa bertemu kembali dengan sang buah hati, Fitra Suryaning Wulan

”Bahagia tentunya Fitra bisa pulang,” ucap Sudarso kepada

Jawa Pos kemarin (15/2). Fitra adalah salah seorang peserta observasi di Natuna, Kepulauan Riau. Mahasiswi Universita­s Negeri Surabaya itu dikarantin­a setelah dievakuasi dari Wuhan, Tiongkok, pada 1 Februari lalu. Selama ini, Sudarso dan Yenin hanya bisa tiga jam sekali melakukan panggilan video dengan sang putri. Untuk memastikan kondisi perempuan 21 tahun itu baik-baik saja.

Sebetulnya, sebelum ada kepastian evakuasi, Fitra berencana pulang sendiri ke Indonesia pada 2 Februari lalu. Namun, perkembang­an situasi membuat rencana tersebut urung dilakukan. ”Kami lega karena dia dinyatakan sehat dan bisa pulang,” tambah Sudarso.

Sementara itu, Lilis Triana, ibunda Nathania, salah seorang peserta observasi lainnya, mengaku tak menyiapkan sambutan khusus untuk sang putri. Dia juga memilih menunggu di rumah. Sang suami, Timotius Suseno, dan anaknya yang lain, Evelyn, menjemput ke Bandara Juanda tadi malam.

Sesampai di rumah mereka di Perum Istana Mentari, Desa Cemengkala­ng, Sidoarjo, Lilis menyebut sang putri langsung istirahat. ”Dari polsek sudah dua kali datang ke rumah untuk memastikan, tetangga juga amanaman saja,” katanya.

Nathania juga berencana untuk langsung beraktivit­as hari ini. Dimulai dengan ibadah ke salah satu gereja besar di Sidoarjo.

Dia mengatakan, biasanya dirinya dan keluarga beribadah di gereja yang lain yang lebih kecil. Namun, khusus hari ini, sengaja mencari gereja yang agak besar agar tidak mencolok dan jadi perhatian.

Agenda selanjutny­a makan bebek goreng di kawasan Taman Pinang, Sidoarjo. ”Sama ke Bakso Pirang di Purwodadi,” katanya.

Lilis tidak membatasi anaknya. ”Tetap keluar, tidak di rumah saja,” katanya.

Apalagi, sudah sejak akhir Agustus tahun lalu Nathania pergi ke Wuhan, Tiongkok. Tentu kangen makanan khas Sidoarjo.

Terkait kelanjutan belajar anaknya, dia masih menunggu info lebih lanjut dari kampus. Sebab, sebetulnya kontrak belajar dia di Central China Normal University (CCNU) di Wuhan masih sampai Juli mendatang. Visa mahasiswa Universita­s Negeri Surabaya semester lima jurusan bahasa Mandarin tersebut berakhir pada 15 Juli nanti. ”Yang penting selamat dulu,” katanya.

Lilis juga tak akan melarang kalau kelak Nathania ke luar negeri lagi, baik untuk kuliah, kerja, atau sekadar jalan-jalan. ”Kejadian ini membuat dia tangguh dan kuat. Bisa menghadapi kesulitan,” katanya.

Kalau Nathania masih dijemput, Rahmad Hidayatull­ah memilih pulang sendiri dari Bandara Juanda ke kampung halamannya di Kraksaan, Probolingg­o, Jawa Timur. Mahasiswa kedokteran Hubei Polytechni­c University itu memang sengaja ingin pulang dengan naik bus.

”Waktu karantina di Natuna juga enak, nggak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Pagi olahraga, dapat temen baru,” ceritanya. Rahmad menerangka­n, Kota Huangshi, tempatnya berkuliah, berjarak 30 menit dari Wuhan. Sama-sama di Provinsi Hubei. ”Ini semua diliburkan, belum tahu kapan balik lagi ke sana,” katanya. ”Nunggu kabar dari kampus, 17 Februari ini ada yang sudah mulai kuliah online,” lanjut mahasiswa semester delapan itu.

Saat ditanya apakah akan melanjutka­n di Indonesia, Rahmad menyebut tidak. ”Tetap meneruskan di sana, dua tahun lagi selesai,” kata pria kelahiran Probolingg­o, 21 Oktober 1997, itu.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia