Jawa Pos

Persatuan Kentut Hewan-Hewan

- (*) *) Sujiwo Tejo tinggal di Twitter @sudjiwoted­jo dan IG @president_jancukers

BANGSA yang baik adalah yang satu tujuan. Di sinilah letak galaunya kerajaan pimpinan Lion King. Secara mengejutka­n, tersurvei bahwa tujuan kentut tiap binatang sudah mulai berbeda-beda.

’’Dibanding binatang, manusia memang lebih buruk. Manusia pandang bulu dalam hukum. Menghina pejabat golongan sebelah tidak apa-apa, tapi menghina pejabat golongan sendiri langsung diproses hukum. Namun, tujuan kentut mereka satu: Rasa Plong. Kompak tak pandang bulu.’’

Semua tergelak mendengar paparan Menteri Informasi Rimba Raya Kancil. Semua, kecuali Raja Singa Sastro. ’’Memang manusia seburuk itu, ya, Cil?’’

’’Dalam soal kentut, tidak, wahai Raja.’’

’’Dalam soal nonkentut?’’ ’’Yaaah. Itulah, wahai Raja. Dalamsoaln­onkentut,merekabila­ng mustahil mengadili WNI eks ISIS (ISIS eks WNI) yang pulang sendiri. Mustahil mengadili orang yang sudah bukan WNI? Hadeuuuh... Padahal, tak ada yang mustahil di negeri itu. Harun Masiku yang mustahil lenyap saja akhirnya tidak mustahil lenyap, kok. Tergantung niat baik mereka, mau men-tidak-mustahil-kan yang mustahil atau tidak.’’

Malam itu, raja singa ingin langsung mendengar rincian perbedaan tujuan kentut para binatang yang bisa merongrong persatuan. Tapi, tubuhnya masih terpesona oleh rembulan separo bayang di balik pucuk gunung. Burung pungguk yang bertengger di punggung sang raja sungguh merindunya.

Fajar menyingsin­g. Rembulan telah berganti matahari. Burung pungguk telah terbang entah ke mana. Di pucuk pohon singkong, raja singa rebahan bersama

Ratu Singa Jendro. Kancil yang mendongak-dongak di tanah dimintanya mengurai perbedaan kentut para binatang.

’’Misalnya, kentut hering...’’ kata kancil setelah menjelaska­n kentut sapi yang saking banyaknya sampai bisa mengubah iklim suatu daerah, kentut ular sorona yang untuk menyemprot para predatorny­a, kentut kungkang yang berasal dari paru-parunya karena pencernaan­nya lamban, gas dari metabolism­e itu mengalir ke darah, masuk paru-paru. Dan lain-lain.

’’Burung hering? Burung nasar atau burung bangkai itu, Cil?’’

’’Bukan burung pemakan bangkai itu, wahai Raja. Tapi ikan. Ikan hering. Ikan perairan dangkal yang selalu bergerombo­l. Mereka kentut agar bisa saling berkomunik­asi, agar tak terpisah dari rombongan.’’

Kanciljuga­mengisahka­nkentut ikan dugong. Supaya bisa lehaleha di permukaan air, mereka menahan gas di perutnya. Pas sudah bosan melihat yang ituitu juga, mereka kentut. Berat jenis tubuhnya membesar dan menyelamla­h. Ikan anak anjing

(pupfish) sebenarnya sama saja. Mereka kentut agar bisa menyelam.

’’Kalau begitu, ikan dugong dan ikan anak anjing bisa berbangsa dan bernegara. Tujuan kentut mereka serupa!’’

’’Serupa tapi tak sama, wahai Raja. Dugong ngentut untuk senang-senang. Ikan anak anjing ngentut untuk keamanan. Ikan ini makan ganggang di dasar air yang banyak gasnya. Itulah yang membuat mereka terapung. Nah, untuk menghindar­i predator, mereka kentut. Menyelam. Mengubur diri di pasir dasar air.”

’’Serupa dengan Berothidae,

Cil? Larva serangga ini mengeluark­an kentut beracun untuk membunuh rayap-rayap.’’

’’Serupa tapi tak sama, wahai Raja. Serupa untuk keamanan. Namun, yang ikan anak anjing itu, kentutnya untuk bertahan. Kentut larva serangga ini untuk menyerang.’’

’’Jadi, Cil, menurutmu mustahil untuk mempersatu­kan hewanhewan ini sebagai bangsa karena tujuan kentut mereka sudah terlalu bineka, tidak tunggal ika?’’

’’Ya, saya ingin bilang mustahil, wahai Raja. Tapi, raja dan ratu singa sekarang leyeh-leyeh di atas sebatang pohon singkong.’’ ’’Maksudmu?’’ ’’Maksud saya, bila kita mau, tidak ada yang mustahil di muka bumi.’’

 ?? ILUSTRASI BUDIONO/JAWA POS ??
ILUSTRASI BUDIONO/JAWA POS
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia