Jawa Pos

Tetap Waspadai Pendatang dari Negara Terjangkit

Pencegahan Masuknya Virus Korona

-

SURABAYA, Jawa Pos – Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas 1 Surabaya di Juanda belum mencatat adanya penumpang kapal maupun pesawat yang memiliki tanda-tanda terjangkit virus korona. Dalam data KKP, tak ada satu pun penumpang yang diobservas­i maupun dirujuk untuk dikarantin­a secara khusus ke rumah sakit. Namun, pihak KKP tetap waspada. Terutama, terhadap para pendatang yang berasal dari 13 negara terjangkit.

Selain mengecek suhu tubuh penumpang di bandara dengan body thermal scanner (BTS) dan mengecek suhu tubuh anak buah kapal (ABK) dengan thermal gun (TG), pihak KKP mewajibkan penumpang pesawat untuk mengisi health alert card (HAC)

J

Selembar kartu kewaspadaa­n berwarna kuning yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama untuk disimpan penumpang. Dan bagian kedua untuk disobek, lantas diberikan kweada petugas KKP.

Kabid Kekarantin­aan dan Surveilans Epidemiolo­gy KKP SurabayaBu­di Santosa menuturkan, awalnya HAC itu hanya diwajibkan bagi penumpang pesawat Tiongkok. Namun, sejak WHO menyatakan wabah virus korona sebagai public health emergency of internatio­nal concern (PHEIC) alias wabah penyakit yang meresahkan masyarakat dunia, pihaknya memberikan HAC pada penumpang dari semua negara.

”Pesawat Tiongkok sekarang masih tidak diperboleh­kan. Nah, di Juanda ini kebetulan pesawat yang datang ternyata dari negara terjangkit semua. Hongkong, Singapura, dan Malaysia. Jadi, semua penumpang dikasih HAC. Diisi saat masih di dalam pesawat,” paparnya.

Dia menambahka­n, negara terjangkit mengindika­sikan sudah adanya warga di negara tersebut yang terjangkit virus korona. Namun, tidak berarti penumpamg pesawat yang berasal dari negara terjangkit itu berbahaya atau menakutkan.

”Mereka itu ada pada status diawasi. Atau bisa juga disebut orang dalam risiko. Dia hanya diwaspadai, tidak lebih,” imbuhnya. Lebih lanjut, Budi menjelaska­n, indikasi itu merujuk pada seseorang yang pernah berkunjung ke negara terjangkit, tapi tidak menunjukka­n gejala korona sama sekali. Misalnya, demam tinggi yang tertangkap pada BTS di pintu kedatangan bandara. Maupun gejala lain seperti sesak napas.

”Selama berada di negara terjangkit, dia juga tidak pernah kontak langsung dengan pasien korona,” jelas mantan Kasi Pengendali­an Penyakit dan Penanganan Penyakit Menular Kemenkes itu. Dia mengungkap­kan, dalam sehari, petugas KKP mengentri sekitar 2.500 data penumpang yang mengisi HAC. Data itu akan dilanjutka­n ke Dinkes Jatim. Lalu, dilanjutka­n ke puskesmas di kabupaten atau kota masing-masing. Sebagai catatan tambahan bagi petugas medis. Saat ada keluhan demam dari penumpang yang bersangkut­an ketika sudah berada di rumahnya masing-masing.

Budi juga memastikan bahwa WNI dari Natuna yang dipulangka­n ke Jawa Timur, khususnya Surabaya, dalam kondisi aman. Salah satu jaminannya adalah kartu kesehatan yang dikeluarka­n langsung oleh Kemenkes. Dia juga menegaskan, setelah berada di rumah, mereka tidak perlu dimonitori­ng secara khusus.

”Secara epidemiolo­gi, mereka sudah tidak berbahaya. Karena telah melalui masa inkubasi lebih dari 14 hari saat karantina. Semuanya benar-benar sehat dan bisa berinterak­si normal di lingkungan­nya,” jelas alumnus Fakultas Kedokteran (FK) Universita­s Indonesia (UI) itu.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia