Bersatu Padu Melawan Covid-19
SETELAH berlangsung lebih dari dua bulan, epidemi Covid-19 (atau virus korona) masih mengkhawatirkan. Di tempat asal persebaran, yakni Tiongkok, trennya menurun. Penderita baru kian menurun dan yang sembuh makin banyak. Namun, di luar Tiongkok, kondisinya masih mencemaskan.
Korsel dan Iran menjadi yang paling parah terpapar. Meski melakukan upaya yang cepat dan pengawasan efektif, tetap saja angka penderita baru sempat mencapai lebih dari 400 orang per hari. Di AS sudah ada kematian ketiga dan sejumlah negara bagian menyatakan kondisi darurat. Eropa juga masih mengkhawatirkan dengan Italia menjadi hot spot pusat persebaran.
Di Indonesia tetap saja tindakannya masih rileks. Meski sudah ada dua orang yang dinyatakan positif korona. Hotline khusus soal korona memang sudah disediakan dan pemerintah menyatakan, sudah ada lebih dari seratus rumah sakit (RS) yang disiagakan.
Namun, tetap saja masih banyak orang yang diliputi keraguan. Yang terjadi adalah upaya warga untuk mengantisipasi korona. Meski itu berimbas pada langkanya masker, panic buying, dan cepat habisnya rempah-rempah di pasar.
Bandingkan dengan respons pemerintah Inggris ketika mengetahui ada seorang warganya yang belakangan menjadi karir (pembawa virus) super. Artinya, yang bisa menularkan virus lebih banyak daripada rata-rata penderita lainnya. Mereka langsung melakukan contact tracing. Menelusuri catatan perjalanan karir tersebut hingga ke resor di Alpen. Kemudian melakukan tes ke lebih dari 12 ribu orang dengan hasil delapan orang dinyatakan positif korona.
Hal berbeda terjadi di Indonesia. Meski dua penderita diketahui pernah berada di tempat keramaian (kelab malam dan pesta dansa), pemerintah masih kesulitan untuk melakukan
contact tracing. Sejauh ini spesimen total Indonesia yang telah diperiksa Kementerian Kesehatan baru 155 orang (per 4 Maret 2020).
Pernyataan BPJS Kesehatan yang tidak membiayai pengobatan korona karena sesuai dengan peraturan pemerintah tentu saja akan menyulitkan untuk mendeteksi penyakit baru itu. Masyarakat tentu akan memilih tidak melapor atau tes kesehatan ke RS untuk memeriksakan dirinya. Akibatnya, berpotensi terjadi silent carrier yang bisa memunculkan wabah di kemudian hari.
Semoga hal tersebut tidak terjadi. Namun, yang harus diingat, pemerintah harus menunjukkan kesungguhan melakukan upaya pencegahan dan mitigasi penyakit tersebut. Dengan mengajak masyarakat bersama-sama dan bersatu padu. Bukan dengan saling menghindar dan celakanya muncul pula bumbu politis. Semoga epidemi penyakit itu bisa diredam dan tidak jatuh korban lebih banyak. (*)