Belajar Telaten dan Sabar dari Sulam
SURABAYA, Jawa Pos – Tumpukan produk patchwork dan quilt dari kain perca terlihat di galeri milik Lusia Haryani di Jalan Mulyorejo Utara. ”Saya sedang persiapan pameran. Itu yang akan saya pamerkan,” tutur dia. Dia masih aktif mengerjakan sulam dengan tangan tanpa mesin. Baginya, hal itu tidak hanya menyenangkan, tapi juga sarana untuk belajar sabar dan telaten.
Berbagai produk telah dihasilkan. Mulai kerajinan sulam benang hingga sulam perca atau patchwork. Garis-garis geometris dan kain perca yang tertata terlihat di setiap produk. Ada yang berupa wall hanging, tas, hingga sarung bantal.
Ada juga yang berupa sulamansulaman benang kecil pada aksesori. Baik berupa bros, gelang, maupun kalung. Lusi juga membentuknya menjadi berbagai karakter. Misalnya, hewan, tumbuhan, dan karakter animasi.
Keterampilan tersebut didapatkan sejak mulai mengikuti berbagai kursus pada 2005. Dia langsung menjadikannya peluang bisnis saat itu. Lusi dengan tekun menyulam satu per satu produknya. Mulai yang berukuran 3 sentimeter hingga 3 meter. Menurut dia, dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan tingkat tinggi untuk mengerjakannya. Sebab, dia tidak menggunakan bantuan mesin jahit.
”Kalau salah, pasti enggak pas garisnya. Harus ulang dari awal,” tutur nenek dua cucu itu.
Lusi hanya memiliki empat pegawai. Namun, mereka tidak sampai mengerjakan aktivitas sulam percanya. Sebab, banyak yang tidak sanggup untuk sabar dan telaten. ”Pola-polanya juga kan tidak bisa sembarangan. Jadi, saya sendiri yang mengerjakan,” papar pemilik usaha Amira Handicraft itu.
Terkadang, Lusi dibantu sang suami Supratman Hadi Purnomo untuk beberapa hal. Misalnya, menggaris pola, menggunting, hingga membantu manajemen. ”Tentu sangat membantu dan saya merasa semakin menikmatinya,” ucap alumnus akuntansi Universitas Airlangga itu.
Setelah jadi, dia memasarkan produknya. Baik untuk memenuhi pesanan, lewat pameran, maupun melalui e-commerce. Lusi menyiapkan, mengambil gambar, dan mengurus penjualan online sendiri. Beberapa kali dalam seminggu, dia masih menerima murid yang kursus. Aktivitas itu terus dilakoninya dalam seminggu.
”Karena sudah belajar telaten dan sabar dari sulam,” ujarnya, lantas tertawa. Dia pun masih menyempatkan merawat kedua cucu yang tinggal di rumahnya. Baginya, waktu harus dibagi dengan seimbang. Melihat aktivitasnya yang padat, Lusi mengaku mulai menjaga pola makan dan istirahat.