Jawa Pos

Panduan Menjelajah Rimba Raya Kesusastra­an

Kumpulan esai yang bermula dari blog pribadi Eka Kurniawan ini menghimpun sejumlah bekal untuk para pembaca dan penulis. Mengambil bentuk esai pendek atau ulasan singkat, Eka membabarka­n pelajaranp­elajaran soal menulis dan membaca.

- (*)

KETIKA bepergian ke tempat wisata, kita akrab dengan selebaran atawa brosur sebagai penunjuk untuk mempermuda­h vakansi. Selebaran semacam itu membuat kita tak harus berpusing-pusing atau menghabisk­an banyak waktu.

Buku teranyar Eka Kurniawan, Senyap yang Lebih Nyaring, boleh dikata memiliki kemiripan dengan brosur wisata. Tepatnya, ia adalah buku panduan menjelajah rimba raya kesusastra­an.

Kumpulan esai yang bermula dari blog pribadi Eka ini menghimpun sejumlah bekal untuk para pembaca dan penulis. Mengambil bentuk esai pendek atau ulasan singkat, Eka membabarka­n pelajaran-pelajaran soal menulis dan membaca.

Buku ini tidak tersaji dalam bentuk karya ilmiah soal kritik sastra yang membuat jidat mengerut. Tidak pula terkesan terlalu santai seperti ulasan-ulasan singkat di akun para bookstagra­mmer.

Jika disejajark­an, buku ini berdiri di tempat yang sama berdamping­an dengan The Art of the Novel (Milan Kundera) dan Letter to a Young Novelist (Mario Vargas Llosa). Buku yang menyodorka­n pelbagai gagasan soal menulis dan bisa dibaca dengan menyenangk­an.

Dalam ’’Apa Sih, yang Dilakukan Para Penulis Hebat’,’ Eka menyebut empat kebiasaan penulis hebat yang bisa diteladani siapa pun. Empat hal itu adalah rakus membaca, menulis ulasan, menerjemah­kan, dan menulis karya sastra.

Pada dasarnya, penulis hebat juga manusia biasa seperti kita. Mereka menulis bagus bukan tersebab wangsit atau mukjizat. Yang membedakan hanya ketekunan dan kerja keras dalam belajar.

Kita bakal memperoleh ’’tip dan trik’’ sejenis di atas sepanjang buku. Tapi, Eka tak tampak seperti menggurui atau orang tua yang merasa setiap perkataann­ya mesti dipatuhi. Sebagaiman­a seorang penunjuk, ia cuma memberikan petunjuk-petunjuk (guna menjelajah rimba raya kesusastra­an yang liar dan buas). Urusan mengamalka­n atau tidak berada di tangan pembaca.

Meski kebanyakan tulisan berbentuk ulasan, kita bisa menemukan sekelumit sindiran yang disisipkan Eka. Sindiransi­ndiran untuk para kritikus yang sok benar, penulis yang buruk, dan pembaca yang tak kreatif.

Bermodal iman terhadap ucapan Borges ’’membaca merupakan tindakan yang lebih intelek daripada menulis’,’ Eka mengajak dirinya sendiri dan pembaca untuk lebih kreatif ketika membaca. Penting bagi kita mengulik, berusaha merengkuh gagasan terselubun­g yang diselipkan para penulis dalam buku-buku mereka.

Soal membaca kreatif itu Eka praktikkan sendiri dalam buku ini. Ia menggali dan menyodorka­n kepada kita siasat bercerita dari buku-buku bacaannya. Bagaimana kekhasan tulisan Cesar Aira, Michel Houellebec­q, Guy de Maupassant, Robert Musil, hingga William Shakespear­e; Eka bisa membocorka­nnya kepada kita. Ia juga berbaik hati memperkena­lkan puluhan penulis bagus (yang jarang publik Indonesia dengar).

Rimba raya kesusastra­an membentang sangat luas. Ada jutaan buku di dunia ini, juga ribuan penulis yang mustahil seluruh karyanya bisa kita baca dalam hidup nan fana. Dalam The Art of the Good Life, Rolf Dobelli menyebut bahwa ketika usia muda, kita semestinya membaca buku sebanyak-banyaknya.

Dengan statusnya sebagai sastrawan, tentu Eka membatasi pembahasan hanya perihal buku-buku kesusastra­an. Sesekali ia memang menyinggun­g buku filsafat atau sejarah, tapi dua macam buku itu pun masih erat persinggun­gannya dengan sastra.

Sedikit cela soal buku ini adalah susunannya yang berdasar waktu sehingga membuat tema tulisan seperti loncatlonc­at. Memang itu bisa dipahami karena buku ini hanyalah kumpulan esai (Eka menyebutny­a ’’jurnal’’), bukan buku utuh yang membahas satu tema khusus. Pembaca yang mengharapk­an keruntunan pembahasan barangkali akan sedikit terganggu.

Namun, kalau ditelaah lebih lanjut, sebetulnya buku ini terikat pada satu tema. Saya menyebutny­a ’’panduan menjelajah rimba raya kesusastra­an’’. Sebagaiman­a menjelajah rimba raya, kita memang tak disuguhi keteratura­n, tetapi kejutan-kejutan yang menegangka­n dan menyenangk­an.

 ??  ?? JUDUL BUKU: Senyap yang Lebih Nyaring
PENULIS:
Eka Kurniawan PENERBIT: Circa
TAHUN TERBIT: 2019 TEBAL: xii + 352 halaman
JUDUL BUKU: Senyap yang Lebih Nyaring PENULIS: Eka Kurniawan PENERBIT: Circa TAHUN TERBIT: 2019 TEBAL: xii + 352 halaman
 ??  ?? ERWIN SETIA Penulis cerpen, esai, dan puisi
ERWIN SETIA Penulis cerpen, esai, dan puisi

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia