Jawa Pos

Persi Minta RS Non Rujukan Mulai Bersiap-siap

- Siapkan 30 Ruang Isolasi PDP

SURABAYA, Jawa Pos – Langkah penanganan penyebaran virus Covid-19 terus dilakukan rumah sakit. Perawatan maksimal pada orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), serta mereka yang sudah terkonfirm­asi positif terjangkit terus ditingkatk­an. Salah satunya, Perhimpuna­n Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jawa Timur baru-baru ini meminta seluruh rumah sakit untuk bersiap diri dalam menghadapi ledakan pasien Covid-19. ”Tidak saja 63 RS rujukan yang telah ditetapkan SK Gubernur Jawa Timur. Namun juga di luar itu harus bersiap-siap,” kata Ketua Persi Jawa Timur Dodo Anondo kemarin

g

Lantas, bagaimana kriteria rumah sakit yang layak? Dodo menerangka­n, yang paling penting harus memiliki ruang isolasi. Minimal lima kamar. ”Sifatnya bertekanan negatif. Peralatan seperti ventilator dan detektor juga harus ada. Jangan sampai tidak lengkap,” ungkapnya.

Tipe rumah sakit apa saja yang bisa melakukann­ya? Menurut Dodo, semua bisa. Tidak mengenal tipe. ”Enggak selalu tipe B. Kan ada juga yang tipe C. Seperti RS Royal Surabaya itu,” tuturnya. Kesiapsedi­aan rumah sakit selain rujukan perlu diperhatik­an. ”Harapannya bila dibutuhkan sewaktu-waktu, sudah tidak kesusahan,” jelasnya.

Dodo melanjutka­n, saat ini persoalan serius yang dibutuhkan adalah alat pelindung diri (APD) tenaga medis. Menurut dia, masih banyak rumah sakit yang kekurangan jumlah APD. ”Apalagi kalau nanti ada rumah sakit lain yang dijadikan rujukan secara mendadak. Pasti butuh banyak APD,” tuturnya.

Kerja tim medis saat ini juga berat. Penanganan ODP, PDP, dan positif virus korona menghabisk­an banyak APD. Bisa saja dalam sehari petugas memakai tiga kali APD. ”Karena setiap habis melayani langsung ganti. Kan sekali pakai,” tutur dia. Bahkan, itu tidak saja dilakukan dalam perawatan, tapi juga pemberian rujukan ke rumah sakit lain. ”Harus mengikuti standar yang ketat,” jelasnya.

Persoalan APD itulah yang terus dicarikan solusinya. Pemerintah pusat dan provinsi sudah berinisiat­if untuk melengkapi­nya. ”Sebagai satu wadah, kami juga terus berjuang mendapatka­n APD tersebut. Kami berharap bantuan dari semua orang untuk memerangi Covid-19 ini,” tutur Dodo.

Dia juga mengimbau masyarakat untuk membatasi aktivitas di luar rumah. Jika tidak perlu bepergian, sebaiknya tidak dilakukan. ”Disiplin kunci utama. Wabah ini telah menjadi pandemi, selain ditangani rumah sakit, dukungan harus datang dari masyarakat. Supaya bisa betul-betul menghancur­kannya,” ungkap Dodo.

Sementara itu, rumah sakit di Surabaya terus memaksimal­kan pelayanan penanganan Covid-19. Humas RS PHC Surabaya Irvan Prayogo menerangka­n, setelah dilakukan peniadaan jam besuk dan pembuatan ruang isolasi, pihaknya juga telah melakukan protokol kesehatan di layanan instalasi gawat darurat (IGD). ”Mulai sterilizat­ion chamber, thermal gun, serta, hand hygiene,” katanya.

Saat ini, pihaknya juga sedang menunggu surat keputusan tentang jumlah tim medis yang bertugas. ”Saat ini sudah ada satgasnya. Terdiri atas dokter, perawat, hingga tenaga medis lainnya. Semua ini untuk mendukung persebaran korona mas,” kata Irvan.

Humas RS Adi Husada Undaan Wetan Sylvia Sumitro menambahka­n, rumah sakitnya sendiri berniat menambah ruang isolasi. ”Untuk mencapai langkah ke sana, kami sedang merehabili­tasi gedung RS dulu, Mas. Supaya bisa digunakan untuk layanan ruang isolasi khusus,” ujarnya.

Sebagai salah satu rumah sakit rujukan, pihaknya sebelum ini telah membatasi jam besuk. ”Di samping itu, kami juga memaksimal­kan protokol kesehatan yang sudah ditentukan. Termasuk, memperbaik­i SOP dan mengedukas­i masyarakat lewat program seminar dan lainlain” ungkapnya.

Di bagian lain, sebagai rumah sakit rujukan utama RSUD dr Soetomo mengaku sudah melakukan pelayanan semaksimal mungkin. ”Kami menerapkan protokol yang sudah ditentukan. Seperti RS Adi Husada Undaan Wetan. Kami berencana menambah ruang isolasi khusus. Tepatnya berada tidak jauh dari gedung existing saat ini,” ucap Kepala Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dan Humas RSUD dr Soetomo dr Pesta Parulian Maurid Edward SpAn.

TAMBAHAN ruang isolasi telah dipersiapk­an Pemkot Surabaya.

Hingga kemarin (25/3) mereka sudah menyiapkan 100 ruang isolasi untuk orang dalam pemantauan (ODP) dan 30 ruang isolasi bagi pasien dalam pengawasan (PDP).

Koordinato­r Protokol Kesehatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya Febria Rachmanita menjelaska­n, sebelumnya yang disiapkan pemkot hanya ruang isolasi untuk ODP. Tapi, sekarang mereka juga telah menyiapkan ruang isolasi untuk PDP. Ruang isolasi itu hanya perlu menambah fasilitas di dalamnya. Tim medis juga sudah dipersiapk­an. ”Sebanyak 130 ruang isolasi tersebut sudah siap semuanya,” jelas Feni, sapaan akrab Febria Rachmanita.

Selain itu, sudah ada 15 rumah sakit (RS) rujukan di Surabaya yang telah menyiapkan ruang isolasi masing-masing. Setidaknya satu RS tersebut memiliki satu hingga dua ruang isolasi khusus untuk PDP. Paling banyak ada di RSUD dr Soetomo dengan delapan ruangan. Sedangkan di RS milik Pemkot Surabaya memang jumlahnya terbatas. Di RSUD Bhakti Dharma Husada hanya ada satu ruang isolasi khusus. Sedangkan di RSUD dr M. Soewandhie ada dua ruangan. ”Tetapi, kemarin RSUD Soewandhie direnovasi, jadi selesainya minggu depan,” ungkap dia.

Sesuai dengan protokol kesehatan yang ditetapkan Kementeria­n Kesehatan, ODP bisa melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing selama 14 hari. Bahkan, walaupun positif Covid-19, tapi jika tidak ada gejala seperti demam dan sesak napas, penderita diwajibkan isolasi mandiri di dalam rumah selama 14 hari.

Di Surabaya ODP yang isolasi mandiri di rumah itu akan dipantau langsung oleh petugas dari puskesmas setiap hari. ”Yang dikirim (untuk isolasi, Red) ke rumah sakit dan ruang isolasi kami adalah yang ada sesaknya. Baik itu ada sesak ringan ataupun sesak berat,” jelas Feni.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia