Cegah Karhutla, Mulai Misi Hujan Buatan
JAKARTA, Jawa Pos – Sebelum memasuki musim kemarau panjang, proses hujan buatan mulai digeber di kawasan Riau. Tujuannya, membasahi ladang gambut sehingga tidak memicu munculnya titik panas (hot
atau titik api (fire spot). Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tri Handoko Seto menuturkan, puncak musim kemarau di Riau diperkirakan mulai Juli sampai Agustus. Namun, sejak kemarin misi hujan buatan sudah dilakukan.
Seto mengatakan, pihaknya menyiapkan 20 ton garam untuk misi hujan selama 15 hari ke depan. Setelah itu, misi dilanjutkan ke wilayah Sumatera Selatan yang direncanakan selama 15 hari juga. Total anggaran yang dipersiapkan Rp 5,2 miliar.
Modifikasi cuaca yang dimulai di Riau kemarin merupakan kelanjutan operasi pada 11 Maret sampai 2 April lalu. Seto menuturkan, saat itu terjadi musim kemarau kecil di Riau. ”Sekarang akan memasuki musim kemarau besar,” jelasnya kemarin (13/5).
Misi hujan buatan pada Maret-April, kata dia, berjalan efektif. Tidak banyak ditemukan titik panas maupun titik api pemicu kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Dia berharap misi hujan buatan yang berlangsung hingga Lebaran nanti juga mampu menekan titik panas dan titik api.
Menurut Seto, upaya hujan buatan sebelum terjadi karhutla bias berjalan lebih efektif. ”Kalau sudah terjadi karhutla, misi TMC ada unsur urgensinya,” jelasnya.
Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Yudi Anantasena berharap operasi kali ini bisa sukses seperti pada Maret-April lalu. Saat itu, setelah dilakukan teknologi modifikasi cuaca, hampir setiap hari turun hujan.