Rapid Test Masif, Ajukan 20 Ribu Lagi
Sehari Bisa Berlangsung di Sembilan Tempat
Tenaga Kesehatan
Total rapid test
Total reaktif
Hasil reaktif akan ditindaklanjuti dengan swab. Hasil swab diumumkan Kementerian Kesehatan.
SURABAYA, Jawa Pos – Stok perangkat rapid test yang dimiliki Pemkot Surabaya nyaris habis. Sebab, dalam sepekan terakhir, pemkot gencar mengadakan rapid test untuk deteksi dini di sekitar pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini lantas meminta bantuan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Kesehatan masingmasing 10 ribu alat untuk rapid test.
Berdasar data Pemkot Surabaya selama April hingga 12 Mei, sudah 7.223 orang yang menjalani rapid test program pemkot
J
Dari jumlah tersebut, 788 orang dinyatakan reaktif (selengkapnya lihat grafis). Mereka yang dinyatakan reaktif itu pun harus mengikuti tes swab.
Lantaran tes yang masif tersebut, persediaan rapid test milik Pemkot Surabaya nyaris kosong. ’’Rapidnya habis ini, tapi kita minta lagi. Sudah tak tanda tangani tadi. Minta 10 ribu,’’ ujar Risma di halaman balai kota kemarin (13/5).
Pemkot Surabaya sudah berupaya mencari barang tersebut. Tapi, dalam sebulan terakhir, mereka belum berhasil mendapatkan rapid test dan tes swab tersebut.
Wali kota perempuan pertama Surabaya itu dalam suatu kesempatan wawancara menyebutkan, rapid test dan tes swab yang masif tersebut ditujukan untuk melacak warga sebanyakbanyaknya. Dia merasa bahwa makin banyak data yang diketahui bukan dianggap aib. Itu justru ditujukan untuk melindungi warga.
’’Surabaya dikatakan aib ndak papa wes. Ndak papa. Daripada ini nulari kalau saya diemin,’’ kata Risma.
Rapid test dilakukan di kawasan yang terdapat cukup banyak pasien yang terkonfirmasi positif. Jadi, tidak asal dilakukan secara acak. Tapi, didasarkan pada hasil penelusuran tim medis pemkot. ’’Di mana yang banyak itu yang diserang,’’ jelas Risma.
Pemkot menyebut sebagai strategi sarang tawon. Lokasi yang terdapat warga yang terkonfirmasi positif langsung ’’diserang’’ dengan banyak intervensi. Mulai penyemprotan cairan disinfektan dengan bantuan dari mobil pemadam kebakaran hingga pembagian masker.
Kemarin (13/5), misalnya, ada sembilan lokasi yang didatangi untuk dilakukan rapid test. Yakni, Rungkut Kidul, Manukan Kulon Mukti 4, Sawah Pulo 3, Kebon Dalem Tengah, Dupak Timur IV, Gresik PPI Pasar, Tenggilis
Utara II, Wonorejo Rungkut, dan Gubeng Masjid I. Di setiap tempat itu disediakan 100 alat rapid test. Jadi, total ada 900 rapid test kemarin.
Dari hasil pantauan di dua RT kawasan Gubeng Masjid, empat petugas dari Puskesmas Pacar Keling menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap. Mereka tampak menyiapkan alat rapid test di depan Balai RW VII, Kelurahan Pacar Keling, Tambaksari. Lantas, satu per satu warga maju dengan membawa data diri seperti KTP dan KK. Mereka mendapat giliran untuk diambil sampel darah.
Untuk mencegah kerumunan warga yang hendak dites, kursi yang diatur dengan jarak aman disiapkan. Peserta rapid test kemarin berasal dari berbagai rentang usia. Ada yang masih remaja, paro baya, hingga lansia.
Uji reaktif terhadap Covid-19 itu memang sedikit mendadak. Warga yang kebetulan bekerja pun menyempatkan diri untuk pulang dan mengikuti tes itu. ’’Saya bekerja di RSUD dr Soetomo tadi dikabari dan langsung pulang sebentar,’’ ujar salah seorang warga, Anto Sedyo.
Rapid test tersebut dilakukan setelah ada tiga warga yang terkonfirmasi positif. Mereka termasuk orang tanpa gejala (OTG). Satu orang kini sembuh. Satu orang lagi masih dirawat dan satu orang lainnya meninggal.
Lurah Pacar Keling Sri Sukariati menyatakan, rumah warga tersebut memang terletak di perkampungan padat. Karena itu, mitigasi untuk mencegah penularan dilakukan. ’’Yang menjadi sasaran utama adalah warga yang ada di sekitar rumah orang yang terkonfirmasi tadi,’’ ujarnya.
Ria, sapaannya, mengatakan bahwa warga di dekat area itu berada di dua RT, yakni 1 dan 2. ’’Jadi, termasuk yang remaja hingga lansia ikut tes semua,’’ jelasnya.
Kepala Puskesmas Pacar Keling drg Suluh Rahardjo menjelaskan, pihaknya melakukan rapid test ke 100 orang. Awalnya hanya ada 50 alat. Namun, kemudian ditambah 50 alat. Jumlah warga yang dites pun ditambah.
Soal kapan hasil tes keluar, Suluh mengatakan bisa langsung diketahui. Hanya, data tersebut akan dikonfirmasi dulu ke dinkes. ’’Nanti mereka yang mengumumkan hasilnya seperti apa,’’ katanya.
Warga yang terbukti reaktif Covid-19 akan langsung dirujuk untuk melakukan tes swab. Dari tes itu akan diketahui apakah hasilnya terkonfirmasi Covid-19 atau tidak. Jika hasilnya menunjukkan tanda positif, akan dilakukan perawatan dan karantina di rumah sakit.
Lebih lanjut, Risma mengungkapkan bahwa tidak semua yang telah dinyatakan reaktif dari hasil rapid test itu secara otomatis positif Covid-19. Bahkan, dalam kasus reaktif yang pernah ditangani Pemkot Surabaya, ternyata dua kali tes swab malah negatif.
’’Kami dapat kiriman BNPB 2.000 alat swab. Yang reaktif itu kita swab semuanya. Yang reaktif tak mesti positif. Beberapa kasus negatif dia. Tapi, tetap isolasi,’’ jelas Risma.
Soal ruang isolasi itu, pemkot sudah menyediakan sejumlah tempat. Di Rumah Sakit Husada Utama sudah ada sekitar 240 tempat tidur atau bed perawatan.
Rumah sakit lain, adalah RS Siloam yang menyiapkan sekitar 40 bed perawatan. Apabila dua rumah sakit tersebut tak mencukupi, pasien ditempatkan di Asrama Haji Surabaya di Sukolilo. ’’Kita upayakan ke rumah sakit dulu. Karena kita harus ekstra, terutama tenaga medis,’’ katanya.