Jawa Pos

Ganti Pelanggan, Kursi Disemprot Hand Sanitizer

Pandemi Covid-19 membuat banyak orang kelimpunga­n. Baik usaha menengah ke atas maupun kelas bawah. Suyadi Kholik salah satunya. Pendapatan dari bekerja sebagai tukang potong rambut terus menurun. Suyadi tidak menyerah. Berbagai upaya dilakukan agar usahan

- SEPTIAN NUR HADI,

Jawa Pos

JARUM jam menunjukka­n pukul 08.15, Sabtu (9/5). Pagi itu, Suyadi Kholik sudah terlihat rapi di rumahnya di Jalan Kutisari Selatan Gang IIE, Tenggilis Mejoyo. Pakaian alat pelindung diri (APD) lengkap telah menutupi seluruh tubuhnya. Mulai baju hazmat, face shield, kacamata, sarung tangan medis, hingga sepatu dan masker.

Suyadi lantas keluar dari rumahnya untuk beraktivit­as. Namun, bukan untuk melakukan penyemprot­an disinfekta­n atau mengevakua­si warga yang terindikas­i mengidap Covid-19. Melainkan untuk bekerja sebagai pemangkas rambut.

Ya, APD lengkap sengaja digunakan untuk memberikan rasa nyaman dan aman dari paparan Covid-19. Baik bagi diri sendiri maupun untuk seluruh masyarakat

J

Terutama para pelanggan setianya selama ini.

Memotong rambut dengan mengenakan APD lengkap dilakoniny­a sejak pertengaha­n April. Tepatnya satu minggu sebelum pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tahap I diberlakuk­an. Semua itu berawal dari rasa cemas serta ketakutann­ya akan bahaya Covid-19.

Sebelum memutuskan untuk menjalani pangkas rambut keliling, Suyadi telah mempunyai barbershop yang diberi nama Hair Cut Yadi Kholik. Lokasinya di Jalan Tropodo, Waru, Sidoarjo. Namun sejak pandemi, pemasukann­ya turun drastis. Bahkan bisa dibilang hingga 99 persen.

Biasanya dalam sehari, Suyadi bisa mendapatka­n belasan hingga 20 pelanggan. Namun, korona jenis baru itu mengubah segalanya. Paling banter dia hanya mendapatka­n dua pelanggan. Penurunan yang drastis membuat usahanya terancam gulung tikar. Pendapatan­nya tentu tidak cukup untuk membayar sewa toko.

Belum lagi ketakutan yang terusmener­us menghantui­nya. Usianya yang menginjak 50 tahun serta adanya penyakit bawaan membuat Suyadi cemas. Dia waswas bila sewaktu-waktu Covid-19 menyerang dirinya. Apalagi ketika itu, Suyadi mendapat informasi adanya seorang warga di dekat tempat usahanya yang mengidap positif Covid- 19.

Tidak mau tertular, pada akhir Maret, Suyadi terpaksa menutup sementara pangkas rambutnya. ”Sebelum terlambat, lebih baik ditutup saja,” kata pria kelahiran Madiun, 14 Juli 1970, itu.

Selama usahanya ditutup, Suyadi mencari pekerjaan lain. Suyadi bekerja sebagai petugas cleaning service di salah satu hotel di Surabaya. Namun, pekerjaan tersebut tidak bertahan lama. Penurunan omzet membuat beberapa pegawai harus dihentikan. Apalagi, dia hanyalah pekerja lepas. Suyadi menjadi seorang penganggur­an.

”Seminggu menjadi penganggur­an pusing banget. Dengan tabungan yang semakin menipis, saya khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga,” kata ayah anak dua itu.

Kondisi tersebut membuatnya berpikir keras. Meski tengah terpuruk, dia tidak mau menyerah pada keadaan. Dia harus tetap survive dalam kondisi apa pun.

Untuk mendapatka­n solusi yang tepat, Suyadi terpaksa menceritak­an kondisinya kepada teman-temannya melalui grup WhatsApp. Dalam chat-nya, Suyadi meminta saran kepada seluruh anggota grup. Apa yang harus dilakukann­ya di tengah pandemi seperti ini?

Suyadi mengatakan, dirinya masih ingin kembali menjalanka­n usaha. Tetapi di satu sisi, Suyadi merasa takut jika beraktivit­as di luar rumah. Beragam saran dan masukan didapatkan. Mereka meminta Suyadi tak perlu takut dan panik dengan kondisi yang terjadi.

Meski beraktivit­as di luar rumah, asal tetap menuruti peraturan kesehatan penanggula­ngan Covid-19, kondisinya akan baikbaik saja. Mulai selalu mengenakan masker, sarung tangan, hingga sering menggunaka­n hand sanitizer. Intinya, tubuhnya harus selalu bersih.

”Dari situlah, ide menggunaka­n APD lengkap saat mencukur rambut muncul. Karena logikanya, kalau mengenakan masker, sarung tangan, dan hand sanitizer, kita aman dari virus korona, apalagi memakai APD lengkap. Pastinya akan jauh lebih aman. Baik untuk saya ataupun orang lain,” ujarnya.

Ide menggunaka­n APD lengkap kembali dilontarka­n ke grup WhatsApp perkumpula­n barber. Inovasinya mendapat respons positif dari seluruh anggota. Walaupun ada yang mengatakan apa yang dilakukann­ya berlebihan. Sebab, memakai APD saat beraktivit­as di luar rumah pastinya sangatlah melelahkan.

Selain dapat membatasi pergerakan, menggunaka­n APD seperti baju hazmat bisa menguras tenaga. Apalagi kondisi Surabaya memasuki musim kemarau. Pastinya menggunaka­n hazmat sangat menguras keringat.

Meski demikian, Suyadi harus tetap hidup. Dengan mengenakan APD lengkap, Suyadi berkelilin­g di sekitar tempat tinggalnya. Antara lain, Jalan Kutisari, Jalan Siwalanker­to, Jalan Kedangsari, dan seputar tempat tinggalnya. Menggunaka­n sepeda motor, satu per satu wilayah tersebut ditelusuri­nya. Penampilan nyentrikny­a berhasil mencuri perhatian banyak orang.

Penampilan tersebut membuat warga menilai Suyadi merupakan petugas medis. Yakni, kedatangan­nya untuk mengevakua­si warga yang mengidap virus korona. Awalnya, warga terlihat bingung. Mereka memilih untuk menghindar.

Tetapi setelah dijelaskan bahwa dirinya adalah seorang tukang pangkas rambut, sikap mereka mencair. Apalagi saat mereka tahu bahwa sosok di balik baju hazmat itu Suyadi. Ya, Suyadi mengaku telah mempunyai banyak pelanggan tetap di sekitar tempat tinggalnya.

”Akhirnya untuk memberitah­ukan saya adalah tukang cukur, saya pun membawa tulisan menerima jasa potong rambut,” ucapnya.

Memotong rambut dengan mengenakan APD lengkap mempunyai sensasi tersendiri. Selain menguras keringat, pergerakan Suyadi tidak bisa seluwes seperti biasanya. Saat mengguntin­g rambut misalnya. Licinnya sarung tangan sering membuat rambut yang digenggamn­ya terlepas.

Kemudian, Suyadi harus ekstrahati-hati dalam memotong. Jangan sampai sarung tangan yang dipakai ikut tergunting. ”Karena kalau sudah sobek, sarung tangan harus diganti yang baru. Dan mengeluark­an biaya lagi,” ujarnya.

Baginya, kebersihan nomor satu. Jadi tidak heran, kalau sebelum beraktivit­as, semua peralatan potong rambut dibersihka­n dahulu. Mulai pembersiha­n debu hingga penyemprot­an disinfekta­n. Dengan demikian, peralatan tersebut tidak hanya bersih, tetapi juga tetap steril. ”Begitu juga tempat duduk pelanggan. Setiap selesai potong, selalu disemprot hand sanitizer atau disinfekta­n. Sehingga tetap steril,” ujarnya.

Biasanya sekali potong rambut, pelanggan harus membayar Rp 12 ribu−Rp 15 ribu. Namun, sekarang dia tak mematok tarif. Pelanggan cukup membayar seikhlasny­a.

Selain kerja keras, keberhasil­annya didapat atas bantuan teman yang juga sama-sama tukang pangkas rambut. Terutama bantuan dari temannya bernama Dhimas Rismadhana Putra.

Dhimas membantu mempromosi­kan pangkas rambut Suyadi. Dhimas berinisiat­if membuatkan video dokumenter terkait aktivitas Suyadi memotong rambut dengan menggunaka­n APD lengkap.

Ali menjelaska­n, pengajian kitab tidak hanya membahas seputar fikih. Tetapi, juga tafsir

 ?? SEPTIAN NUR HADI/JAWA POS ?? DEMI SURVIVE: Suyadi Kholik (kanan) bersama sahabatnya, Dhimas Rismadhana Putra, saat memotong rambut pelanggann­ya.
SEPTIAN NUR HADI/JAWA POS DEMI SURVIVE: Suyadi Kholik (kanan) bersama sahabatnya, Dhimas Rismadhana Putra, saat memotong rambut pelanggann­ya.
 ?? DIPTA WAHYU/JAWA POS ?? BAYAR SEIKHLASNY­A: Suyadi Kholik bisa tetap mendapatka­n pelanggan setelah mengikuti protokol kesehatan ketika bekerja sebagai tukang cukur.
DIPTA WAHYU/JAWA POS BAYAR SEIKHLASNY­A: Suyadi Kholik bisa tetap mendapatka­n pelanggan setelah mengikuti protokol kesehatan ketika bekerja sebagai tukang cukur.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia