Tantangan Internasionalisasi Kampus saat Pandemi
SURABAYA, Jawa Pos - Pandemi membuat perubahan aktivitas di dunia pendidikan. Hal itu tentu menjadi tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi dalam program internasionalisasi. Universitas Surabaya (Ubaya) pun mulai menyesuaikan diri agar program tersebut tetap berjalan.
Hal itu dibahas dalam seminar online bertema Tantangan dan Prospek Internasionalisasi Perguruan Tinggi Indonesia di Masa Pandemi Covid-19 yang digelar Ubaya. Seminar tersebut menghadirkan langsung Subkoordinator Penguatan Kelembagaan Perguruan Tinggi Kemendikud Adhrial Refaddin dan
Direktur Kerja Sama Kelembagaan Ubaya Adi Tedjakusuma.
Adi menyatakan, kondisi pandemi Covid-19 memang menjadi tantangan bagi perguruan tinggi. Berbagai langkah dan tindakan mulai disiapkan untuk internasionalisasi kampus. ”Langkah pada saat pre-Covid-19, current state, serta new normal and challenges sudah disusun,” katanya.
Saat ini seluruh perguruan tinggi telah melakukan proses perkuliahan melalui daring. Jika sebelumnya perkuliahan daring belum 100 persen. Kini di tengah pandemi, semua kegiatan dilakukan 100 persen. Namun, bagaimana kondisi pembelajaran setelah pandemi usai?
Menurut Adi, hal itu justru menjadi tantangan bagi perguruan tinggi. Setelah pandemi usai, penilaian pemerintah atau kementerian yang berkaitan dengan internasionalisasi mungkin bisa berubah. Khususnya tentang mobility without movement.
”Saat Covid-19 masuk ke Indonesia atau current state, beberapa rencana kegiatan internasionalisasi Ubaya mulai diubah dan disesuaikan dengan kondisi saat ini,” katanya. Adi menuturkan, hal yang kali pertama dilakukan adalah memastikan kondisi mahasiswa asing. Serta, selalu update perkembangan dan peraturan pemerintah. Kemudian, mengadakan pembelajaran online dengan membuat program webinar sessions.
”Saat ini kami juga membatalkan program pertukaran mahasiswa untuk Agustus, melakukan work from home (WFH), dan memaksimalkan komunikasi secara online dengan mitra perguruan tinggi,” ujarnya.
Adhrial menambahkan, internasionalisasi selama masa pandemi sama dengan mempersiapkan diri ketika ingin pergi wawancara kerja yang tertunda. Ada berbagai hal yang dipersiapkan untuk memaksimalkan penampilan serta pengetahuan sebelum wawancara dimulai.
”Begitu pula perguruan tinggi yang diberikan waktu untuk merencanakan program dan memformulasikan strategi internasionalisasi di perguruan tinggi masing-masing,” katanya.
Adhrial melanjutkan, banyak hal yang perlu dipersiapkan saat ini. Pertama, waktunya perguruan tinggi rebranding internationalization. Misalnya, mengubah platform komunikasi menjadi online. Kemudian, mengevaluasi kembali kebijakan dan mendesain ulang tindakan strategis perguruan tinggi. Ketiga, mengidentifikasi mitra kerja sama perguruan tinggi dan mahasiswa yang potensial.