Tumbuhkan Kebiasaan Pengurangan Limbah
Aktifkan Komunitas Nol Sampah
SURABAYA, Jawa Pos – Masalah sampah selalu menjadi momok. Namun, upaya selama ini lebih berfokus pada penanganan sampah. Itulah yang dijelaskan Hermawan Some, aktivis lingkungan asal Surabaya.
Dia menyatakan, upaya menangani sampah tidak begitu efektif karena volume sampah dari tahun ke tahun terus bertambah. Akibatnya, sampah terus menumpuk. Sebagian besar sampah akan diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Berangkat dari masalah tersebut, pria kelahiran 27 Mei 1970 itu mendirikan sebuah komunitas bernama Nol Sampah. Dia membagikan cerita awal dibentuknya komunitas tersebut hingga visi misinya secara live dalam program 15 Menit Sapa Alumni AS di akun Instagram @myamericasurabaya kemarin (13/5).
Wawan –sapaan akrab Hermawan Some– merupakan alumnus program International Visitor Leadership Program (IVLP) on Sustainable Cities, Unites States Department of State Bureau of Educational and Cultural Affairs 2014. Dalam perjalanannya pada 2014 itu, dia belajar tentang potensi-potensi yang nanti bisa dikembangkan di Surabaya sampai melihat banyak tempat yang indah dan bersih dari sampah.
Pria yang juga alumnus Fakultas Sains dan Teknologi Unair itu menjelaskan, gerakan yang lebih efektif adalah pengurangan penggunaan plastik. ’’Tapi, karena isu-isu plastik itu terlalu luas, kita lebih dulu fokus di penggunaan kresek,’’ jelasnya.
Dari situ, pemakaian kantong plastik mulai disosialisasikannya. Salah satunya adalah gerakan rampok kresek dalam acara car free day (CFD). ’’Waktu itu caranya kami deketin orang-orang yang bawa kantong plastik. Terus, kami ganti kresek mereka pakai tas yang lebih ramah lingkungan. Setelah itu, para relawan bakal bilangin mereka bahwa bawa kresek itu ada dosanya,’’ ceritanya, lantas tertawa.
’’Nah, di situ kami juga jelasin bahwa kantong plastik ini sulit terurai sampai 100 tahun sampai bisa membuat para satwa mati,’’ lanjutnya. Alhasil, dari penjelasan tersebut, tidak sedikit di antara mereka yang akhirnya ikut menyosialisasikan gerakan pengurangan sampah ke sekolah, kantor, hingga kampung-kampung.
Kini sosialisasinya bersama Nol Sampah tidak hanya berfokus di Surabaya, tetapi juga menyeluruh ke berbagai daerah di Jawa Timur. ’’Sekarang kami juga sosialisasi di Lombok, NTB. Kami pilih lokasi ini karena pantai-pantai dan laut di sini masih sangat indah. Takut seperti Bali yang hampir semua pantainya tertutup sampah plastik,’’ ujarnya.
Ke depan, Wawan berharap orang-orang bisa mulai memikirkan untuk mengurangi penggunaan sampah. ’’Seenggaknya dampak dari mengubah perilaku dan ngurangin 30–40 persen saja sudah luar biasa sekali. Tapi, kalau memang terpaksa memakai benda yang menghasilkan sampah, pokoknya harus tahu pengolahannya,’’ tandasnya.