TERAPKAN SISTEM DINDING BERNAPAS
Tak banyak rumah kos yang mengedepankan unsur estetika dan efektivitas ruang. Pokoknya, kamarnya banyak. Nah, salah satu rumah kos di Surabaya ini punya desain yang berbeda.
ARSITEKTUR Nusantara menjadi ide utama arsitek Andy Rahman dalam mendesain rumah kos Keputih Jilid 6. Material yang kerap dipakai untuk gaya arsitektur itu adalah papan kayu atau bambu. Dengan begitu, terdapat celah pada dinding atau lantai.
Biasanya hal itu dilakukan agar ruangan tidak lembap. Sekaligus memungkinkan udara masuk lewat celah-celahnya. Terlebih, rumah tradisional Nusantara biasanya berbentuk panggung yang membuat udara bisa masuk lewat bawah.
Konsep itulah yang diterapkan Andy. Dia tak menggunakan papan kayu atau bambu, melainkan besi grill yang sekaligus memberi kesan modern. Andymengaplikasikannyapadasebagianbesarlantai kamar kos. Kecuali area kamar tidur, kamar mandi, dan rooftop. Jadi, orang dari lantai atas bisa melihat kelantaibawahatausebaliknya.’Kegunaannyamasih tetap, yaitu agar sela-selanya bisa jadi sirkulasi udara dan meneruskan cahaya,’’ jelas alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember tersebut.
Andy juga menerapkan sistem dinding bernapas. Dia menata bata sedemikian rupa hingga menjadi dinding berpori. Memungkinkan udara segar dan cahaya matahari menembus bagian dalam ruangan, termasuk kamar tidur. Selain bermanfaat, susunan dinding itu dapat menambah nilai seni pada eksterior bangunan.
Secara keseluruhan, perpaduan lantai besi dan dinding bata mampu menyegarkan ruangan di tengah teriknya Kota Surabaya. Dua material tersebut juga menciptakan industrial look yang unik dan low-maintenance. ’’Bahkan, lantainya tidak perlu sering dibersihkan seperti lantai keramik biasa,’’ terangnya.
Andymenerangkan,rumahkosituberorientasike dalam. Apa yang seharusnya di luar dibawa masuk ke dalam. Bisa dibilang, tidak terlalu membedakan antararuangdalamdanluar.Samadenganbeberapa konteks tertentu dalam arsitektur Nusantara.
Dia mencontohkan Candi Borobudur. Ketika memasuki candi yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, tersebut, artinya kita menaikinya dan sebetulnya tetap berada di luar (tanpa atap).
Penerapannya dilakukan dengan membawa pohon yang biasanya jadi elemen luar ruang (taman) ke dalam. Menjadi pusat bangunan, pohon itu menjulang mulai lantai 1 hingga lantai 3. Berbatasan langsung dengan void yang menyuplai sirkulasi udara dan cahaya matahari. ’’Jadi, sifatnya ambigu. Ini di dalam atau di luar? Bisa dua-duanya atau salah satunya,’’ papar Andy.
Rumahkostersebutmenjadibentukpenyempurnaan dari rumah kos Keputih Jilid 1–5 yang juga didesain Andy. Salah satu bentuk upgrade-nya adalah jumlah ruang komunal yang diperbanyak. Terdapat tiga ruang komunal di setiap lantai.
Inspirasi utamanya adalah arsitektur khas Nias, Sumba, dan Batak. ’’Ini ruangan yang mampu menembus batas individualistis. Diharapkan, mahasiswa penghuni kos bisa berkegiatan bersama dan bersosialisasi,’’ tambahnya. (adn/c18/jan)