Daya Beli Turun, Omzet Ritel Anjlok
SURABAYA, Jawa Pos − Dampak persebaran Covid-19 di Surabaya sangat dirasakan para pelaku usaha ritel modern. Omzet ritel modern turun drastis saat Covid-19. Omzet minimarket dan hipermarket turun 20 persen, sedangkan department store nyaris tak memperoleh pendapatan sama sekali.
Fakta itu disampaikan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Surabaya saat telekonferensi bersama Komisi B DPRD Surabaya kemarin (14/5). Turunnya daya beli masyarakat menjadi salah satu penyebab utama. ”Seharusnya, saat Lebaran ini kontribusi sale bisa mencapai 50 persen,” kata Hendri Lismono, perwakilan department store Aprindo Surabaya.
Angka penjualan menurun drastis sejak akhir Maret. Kondisinya semakin parah setelah pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)
Mal sepi. Nyaris tidak ada pemasukan. Hal tersebut akan memengaruhi keuangan perusahaan selama satu tahun penuh. Sebab, banyak barang yang tidak terjual. Terutama barang-barang tematik seperti yang hanya dijual menjelang Lebaran.
Department store juga memiliki sistem penjualan online. Namun, Hendri mengatakan bahwa departemen itu bekerja secara terpisah. ”Kami ada di divisi offline yang sangat terdampak,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya Anas Karno menanyakan apa yang terjadi pada pegawai department store? Dia mendengar banyak laporan pemutusan hubungan kerja (PHK). ”Apakah ini termasuk di department store? Karena kalau di-PHK, pasti banyak sekali korbannya,” ujar politikus PDIP itu.
Hendri mengatakan, di perusahaannya belum ada PHK. Namun, para pegawai tidak bisa bekerja seperti hari biasa. Mereka dirumahkan bergantian. Sehari bekerja, sehari masuk.
Ketua Aprindo Surabaya April Wahyu menambahkan bahwa kondisi minimarket terdampak 15−20 persen. Supermarket mencapai 30 persen. ”Tidak pernah kami bayangkan kondisi seperti ini,” ujarnya.
Meski demikian, dia menginstruksi seluruh anggota Aprindo untuk mematuhi protokol yang telah ditetapkan pemerintah. Pegawai memakai masker dan sarung tangan. Yang terus diupayakan agar ada adalah pemantauan suhu tubuh dengan thermo gun.
Kepala Dinas Perdagangan Surabaya Wiwik Widayati mengatakan, kondisi saat ini memang sangat berat. PSBB harus dilakukan pemkot untuk membatasi ruang gerak warga.
”Mau tidak mau, PSBB harus jalan. Agar kondisi ini bisa pulih secepatnya,” ujarnya.
Dinas perdagangan juga harus memantau ketat ritel selama PSBB. Wiwik menegaskan, hal tersebut dilakukan untuk kebaikan bersama.
Terkait PHK, Wiwik menyarankan agar ritel aktif melapor ke dinas tenaga kerja (disnaker). Data tersebut akan diserahkan ke dinas sosial untuk diverifikasi sehingga mereka bisa mendapatkan bantuan dari pemkot berupa sembako selama pandemi. ”Itu sudah banyak yang terbantu dinsos,” kata mantan kepala dinas pariwisata itu.
Selain itu, Wiwik menyampaikan bahwa stok sembako selama Lebaran dipastikan aman. Hanya stok gula yang minim. Kondisi tersebut memang terjadi secara nasional. ”Stok terbatas sekali,” ujarnya.
Wiwik harus menghubungi langsung sejumlah pabrik gula untuk memastikan ketersediaan aman. Namun, hingga kemarin belum ada kepastian apakah stok gula aman.